Sabtu, 27 Desember 2008

Adakah Hari Esok Bagimu?

Bertobatlah setiap hari, kita tidak tahu apakah hari esok masih ada bagi kita - Rabi Eliezer

Di dalam Literatur para rabi Yahudi, seorang Rabi yang bernama Eliezer mengajarkan, "Bertobatlah satu hari sebelum kematian Anda". Para muridnya bertanya, "Tetapi bagaimanakah manusia tahu di hari apa ia akan mati?" Rabi yang bijaksana itu menjawab, "Karena itu, Anda harus bertobat hari ini. Mungkin hari esok Anda akan mati. Dengan demikian manusia harusnya bertobat setiap hari!"
Bukankah ini satu fakta kehidupan? Kita tidak tahu kapan pengembaraan kita di dunia ini akan berakhir. Hari esok belum tentu menjadi milik kita.
Di zaman ini nyawa seolah-olah sudah tidak punya harga lagi. Untuk alasan sepele manusia akan saling membunuh. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Baru-baru ini di daerah Ancol, Jakarta, hanya gara-gara suara gemuruh knalpot sepeda motor, seorang pemuda bernama Sunarto dikeroyok hingga tewas. Karena merasa terusik dengan suara bising sepeda motor korban, seorang bapak yang sedang bersantai di depan rumahnya langsung mengambil sebatang galah dan menghadang sepeda motor yang berisik itu. Persoalan sepele inilah yang memicu percekcokan yang akhirnya meragut nyawa pemuda yang baru berumur 27 tahun ini.
Saya pasti Sunarto sama sekali tidak menyangka bahwa tanggal 1 April 2006 merupakan hari terakhir baginya di dunia ini. Pada malam minggu itu ia hanya mau mengunjungi bibiknya yang rumahnya tidak jauh dari kontrakannya. Sama sekali tidak diduganya bahwa itu akan merupakan kunjungannya yang terakhir.
Di pertengahan Februari yang lalu, diberitakan di koran tentang seorang janda tua yang dibunuh oleh cucunya sendiri saat ia sedang tidur pulas. Dengan kejam cucunya mengorok leher korban hanya gara-gara cucunya kesal karena dimarahi setelah kedapatan mencuri rokok di kios. Beberapa hari yang lalu juga diberitakan di New York Times, tentang seorang anak yang membunuh ibunya hanya karena keadaan rumah yang berantakan dan tidak terawat!
Membaca tentang tragedi demi tragedi yang berlangsung setiap hari di setiap belahan dunia; apakah korban pembunuhan, kecelakaan lalu lintas atau perampokan, kita semakin diyakinkan bahwa sesungguhnya tidak ada pengharapan di dunia yang fana ini. Begitu murah dan tidak berarti nyawa seorang manusia. Jikalau kita hidup hanya untuk dunia ini maka kita menjadi orang yang paling patut dikasihani.
Menurut rasul Yakobus, kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Dalam surat yang ditulisnya kepada bangsa Israel yang berada di perantauan, ia bertanya, "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."
Marilah kita hidup dengan membuat persiapan bagi hari esok yang kekal. Renungkanlah hikmat seorang Rabi Eliezer, bertobatlah setiap hari, kita tidak tahu apakah hari esok masih ada bagi kita. Sebaliknya kita harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
(dikutip dari sumber internet)

Natal, Musim untuk Berbuat Baik?

Persoalan yang muncul adalah apakah bijaksana untuk selalu berbuat baik? Bagaimana jikalau kebaikan kita malah menuai kerugian bagi diri kita sendiri? Tetapkah kita akan berbuat baik?

Sepanjang tahun kita begitu sibuk dengan kehidupan kita dan tanpa disadari kita sudah tiba di penghujung tahun 2008. Bagi yang religius bulan Desember seringkali membuat kita berhenti sejenak dan memikir kembali tentang persoalan-persoalan yang sesungguhnya penting dalam kehidupan kita. Utamanya, di hari-hari menjelang Natal, di gereja, di website atau kartu-kartu Natal yang kita terima mengingatkan kita untuk mengasihi, memberi dan menjadi saluran berkat kepada sesama.
Mengasihi, memberi dan memberkati sesama manusia memang merupakan hal yang mulia dan terpuji. Yang memberi, merasa puas dan senang karena telah menjadi saluran berkat, apa tah lagi, jika yang menerima menunjukkan rasa terima kasih dan menghargai pemberian kita.
Setiap orang Kristen bahkan anak-anak sekolah Minggu pasti mengetahui kisah orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria yang baik hati ini merupakan contoh unggul untuk kita teladani. Membaca perumpamaan itu di dalam Injil membuat kita begitu kagum dengan orang Samaria itu dan menginspirasi kita untuk berbuat hal yang sama. Tetapi sayangnya, tidak diberitahukan kepada kita apakah orang Yahudi yang dibantunya menghargai apa yang dilakukan oleh orang Samaria itu.
Terkadang saya berpikir, apakah mungkin korban kejahatan yang dibantu orang Samaria itu tergolong umat Yahudi fanatik yang sama sekali tidak mau berhubungan dengan orang Samaria. Jika memang ia tergolong orang yang demikian, apakah ia akan berterima kasih atau, malah ia akan merasa marah karena telah "dicemari" oleh orang Samaria itu. Bisa saja ia bereaksi keras dan merasa jengkel dengan orang Samaria itu karena telah membuatnya najis! Nah, jikalau perbuatan baik kita menuai kemarahan orang lain, apakah kita masih akan berbuat baik?
Baru-baru ini di Jakarta saya mendengar cerita tentang Bapak J yang sedang mengendarai mobilnya dan pas di depannya seorang pengendara sepeda mobil jatuh dan terlempar karena motornya disenggol bis yang melaju. Seperti yang sering terjadi, sopir bis kota itu tidak mungkin mau bertanggung jawab dan dengan secepat mungkin ia melarikan bisnya. Bapak J, yang berumur sekitar 60 tahun langsung keluar dari mobilnya untuk membantu korban yang jatuh itu.
Korban kecelakaan itu hanya mengalami luka ringan tetapi sepeda motornya sedikit rusak dan ada bagian yang harus diganti dan diperbaiki. Di bagian motor yang disenggol bis terlihat dengan jelas bekas cat dari bis itu. Hal yang mengagetkan adalah korban itu langsung menuntut pertanggung-jawaban Bapak J - orang yang berbaik hati yang mau membantu, akhirnya dituduh sebagai pengemudi yang menabraknya! Karena ngotot menuntut gantirugi, polisi akhirnya dipanggil dan keduanya harus berurusan di kantor polisi. Sekalipun Bapak J sudah menjelaskan bahwa mobilnya berwarna merah dan dari bekas cat di bagian motor yang tergores itu adalah jelas bahwa kenderaan yang menabraknya bukanlah yang berwarna merah. Tambahan pula di bagian mobil sama sekali tidak ada bekas goresan. Mungkin karena penampilan Pak J termasuk orang yang berpunya, bahkan polisi berpihak kepada pengendara sepeda motor yang terang-terang sedang berbohong itu. Pak polisi menggertak bahwa jika Pak J tidak mau membayar ganti rugi maka BPKB mobilnya akan disita.
Akhirnya, karena tidak mau urusan berpanjangan, Pak J setuju untuk membayar ganti rugi. Sepeda motor dibawa ke bengkel. Si pengendara sepeda motor meminta bagian-bagian yang rusak diganti dengan yang paling mahal dan meminta perawatan yang terbaik bagi bagian yang rusak itu. Setelah itu diminta lagi biaya perobatan, walaupun lukanya agak ringan. Pak J akhirnya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1.5 juta gara-gara karena ia punya niat baik mau membantu.
Setelah menceritakan kisah ini kepada teman-teman, Pak J ditanya, "Apakah Bapak akan berhenti lagi jika menemukan korban tabrak lari?"
Jawabnya, "Ya pasti."
"What? Mengapa?"
"Karena itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan."
Saya kira Bapak J merupakan jenis manusia langka di planet Bumi ini!
Begitu juga dengan orang baik Samaria di dalam perumpamaan yang diberikan Yesus itu. Tidak lazim menemukan orang yang mau membantu jikalau dalam memberi bantuan kita harus menanggung kerugian, belum lagi harus mempertaruhkan nyawa kita. Orang Levi dan ahli Taurat, yang dapat disejajarkan di masa kini, bukan saja sebagai orang percaya tetapi pekerja full time di gereja, pada akhirnya memutuskan untuk tidak membantu, bukan karena mereka tidak punya kasih. Saya yakin mereka juga memberitakan pesan kasih di dalam pengajaran mereka, tetapi mereka khawatir harus menanggung resiko jika berhenti dan membantu orang yang luka itu. Jalan melintasi pergunungan ke Yeriko itu memang terkenal sebagai tempat mangkal para penyamun. Belum lagi, jika orang yang luka itu mati, bisa-bisa saja mereka lebih direpotkan. Bisa saja mereka terlambat untuk pelayanan di gereja/bait Allah. Memanglah wajar setelah mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, mereka tidak berhenti untuk membantu.
Rata-rata manusia memang punya kasih dan mau membantu. Persoalannya adalah sejauh mana?
Sayangnya, perintah Tuhan bagi umat-Nya bukanlah sekadar "Kasihilah sesama manusia". Jika hanya masalah mengasihi, kita semua dapat melakukannya. Memberi uang Rp1000 ke pengemis sudah mengasihi. Sekali-kali memberi sumbangan ke panti asuhan sudah mengasihi. Tetapi yang membuat kita tidak habis pikir adalah Tuhan bukan saja berkata, "Kasihilah sesama manusia", tetapi Ia menambah tiga kata lagi, "seperti dirimu sendiri."
Dalam hal mengasihi diri kita sendiri, kita tidak pernah takut repot. Kita tidak pernah khawatir kita akan rugi. Kita mengasihi diri kita sampai kita berani mempertaruhkan segalanya. Diri kita sendiri bukanlah orang yang menyenangkan untuk dikasihi, tetapi tetap saja kita sangat mengasihi diri kita. Dan dengan cara inilah Tuhan mau kita mengasihi sesama - sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri - tanpa syarat, tanpa pamrih dan tanpa menghitung untung rugi.
Itulah juga caranya bagaimana Yesus telah mengasihi kita, dari 2000 tahun yang lalu sampai ke hari ini. Ia tidak pernah lelah melakukannya - demikian jugalah kehendak-Nya bagi kita.
(dikutip oleh agus melalui sumber internet)

Sabtu, 06 Desember 2008

Jago Kandang dan Jago di Luar kandang



(Mazmur 121)
Pendahuluan:
Saya tinggal di Desa Cimareme. Di Desa itu, ada semua desa yang diberi nama, Cikandang. Kenapa mereka diberi nama Cikandang? (tanyakan ini kepada mereka). Mereka diberi nama Desa Cikandang bukan karena banyak kandang di sana, tetapi karena penduduk desa itu hanya berani melawan dan berkelahi di tempat mereka. Ketika mereka di luar desa mereka, mereka kehilangan keberanian mereka.
Bahkan saya pernah mendengar dari mahasiswa sekolah theology yang membuat sindiran dari lagu rohani, yang berbunyi: Allah dahsyat di tempat kudusnya!!!!. Mahasiswa ini berkata seperti ini, lagu ini menyatakan bahwa Allah kita itu adalah Allah yang jago kandang.
Kita seringkali juga mendengar bahwa orang Kristen adalah orang yang jago kandang, karena mereka begitu bergairah di dalam gereja. Namun, ketika mereka berada di luar gereja, mereka tidak berdaya sama sekali. Kegairahan yang nampak di dalam gereja, dalam sekejap mata hilang ketika mereka berada di luar gereja. Bukankah kita seringkali mengalami hal serupa di dalam kehidupan kita ini?
Kalimat pernyataan: Orang Kristen adalah jago kandang dan jago di luar kandang.
Kalimat pertanyaan: kenapa Orang Kristen adalah jago kandang dan jago di luar kandang?

Latar belakang mazmur 121: Mazmur ini adalah mazmur Ziarah. Bangsa Israel yang tinggal di mana saja, pasti akan mengadakan perjalanan naik haji ke Tanah Perjanjian mereka. Mereka menyanyikan mazmur ini ketika mereka hendak pulang kembali ke tempat mereka masing-masing. Selain itu, mereka akan segera kembali melakukan aktivitas mereka seperti biasanya. (mungkin mereka adalah petani, dosen, mahasiswa, pengusaha, dll). Sebelum mereka pulang, mereka ketakutan karena mereka akan melewati padang gurun. Mereka melakukan perjalan ini dengan kendaran sederhana seperti unta atau bahkan mereka berjalan kaki. Cuaca yang panas pada siang hari dan cuaca yang dingin pada malam hari juga merupakan masalah yang harus mereka hadapi. Oleh karena perubahan cuaca yang sangat tinggi itu, mereka mudah merasa haus, lapar dan mudah terjangkit penyakit. Kendala/masalah mereka bukan hanya itu, pada malam hari saat mereka berkemah ada ketakutan akan perampok. Mungkin juga binatang-binatang buas telah siap untuk mengintai dan memangsa mereka. Bukankah kita juga sering mengalami hal yang sama. Ketika kita berada di gereja, kita dapat berloncat-loncat, menari-nari, dan bergojet. Namun saat ibadah selesai, kita seperti menjadi lemah lunglai, karena kita menjadi takut dan gentar untuk melakukan aktivitas kita. Mungkin setelah kita selesai ibadah, kita langsung teringat dengan masalah I.P. kita yang kurang. Kita mengingat masalah di asrama, di rumah, dll. Kita sepertinya tidak berani menjalani hidup ini.

Allah kita adalah bodyguard kita (ayat 1 - 2).
Kita melihat peziarah mencari sumber pertolongan. Peziarah tidak mencari pertolongan dari gunung-gunung itu sendiri, tetapi dia mencari pertolongan dari pencipta gunung-gunung itu. Dia mencari sumber pertolongan, yang tidak lain adalah Allah itu sendiri. Dialah Allah yang memperhatikan umat-Nya dan menjaga mereka dari mara bahaya.
Ilustrasi: saudara pernah melihat film bodyguard from Beijing. Dimana sang bodyguard mencoba menjagai dan melindungi seseorang yang menyewanya. Dia menggunakan segala peralatan yang sangat muktahir/maju. Bodyguard ini rela tidur di depan pintu hanya untuk menjagai orang itu. dia juga rela mencobai makan yang disediakan untuk orang yang dijagainya. Dia juga mencoba berada di antara orang itu dengan semua bahaya mengancamnya.
Mazmur 121 menggambarkan dengan jelas peran Allah seperti bodyguard bagi orang yang percaya kepada-Nya. Mazmur ini juga menunjukkan betapa setianya dia memenuhi peran itu.
Mungkin sekali, kita memasuki tahun ini dengan ketakutan yang luar biasa. Mungkin Kita takut ketika kita menerima I.P. kita menjadi takut ketika
Dia adalah Allah yang tinggal dekat dengan kita dalam setiap langkah perjalanan kita (3-5).

Mazmur ini menggambarkan bahwa Allah tidak hanya menjaga kita dari jauh, seperti seorang polisi yang akan datang ketika kita menelopennya. Dia berdiri dekat pada setiap saat, dia siap untuk memberikan tangannya untuk menolong kita. Orang-orang seringkali berpikir bahwa Dia hanya Allah berada jauh atau tinggal jauh dari kita. Allah yang tinggal di luar angkasa jauh dari galaksi kita. Memang hal itu benar, namun Mazmur ini mengajarkan kita juga bahwa Allah yang jauh dari kita juga adalah Allah yang berada di sisi kita.
Dia bukan saja Allah yang dekat dengan kita, Mazmur ini juga menggambarkan Allah seperti seorang penjaga malam yang tidak pernah meninggal tempat jaganya, tidak pernah istirahat, penjaga yang tidak lalai menjalankan semua tugas-tugasnya.
Bayangkan pengalaman Bangsa Israel yang tengah berkemah di padang gurun pada malam hari. Mungkin mereka akan bertemu dengan binatang buas. Mungkin mereka juga akan bertemu dengan kelompok perampok. Siapa yang akan menolong mereka? Peziarah ini menyatakan bahwa Allahlah yang dekat dengan mereka adalah Allah yang selalu memperhatikan mereka dan melindungi mereka dari mara bahaya yang telah menanti mereka.
Ayat 6 juga menekan tindakan pemeliharaannya kepada umat-Nya. orang yang melakukan perjalanan di padang gurun pada waktu siang maupun malam akan menghadapi bahaya alam yang dashyat. Kematian karena sinar matahari yang begitu terik adalah bahaya yang paling banyak dijumpai. Mereka juga dapat mengalami kebutaan dan mudah marah karena panasnya sinar matahari. Mereka juga dapat mengalami kematian karena kehausan. Cuaca malam yang begitu dingin juga mendatang ketakutan yang luar biasa, karena dapat mendatangkan kegilaan. Walaupun dalam keadaan terancam yang luar biasa seperti itu, Si Peziarah ini menggambarkan bagaimana sempurnanya pertolongan Tuhan baginya.
Banyak bahaya dalam perjalanan kehidupan di tahun yang baru saja kita mulai. Kita tidak akan dapat melarikan diri dari masalah itu dan kita juga tidak akan membiarkan masalah-masalah itu mengoyahkan kita bahkan menghancurkan kita, karena kita tahu bahwa kita bukanlah tidak dilindungi. Kita mempunyai seorang bodyguard, Allah yang selalu dekat dengan kita, Allah juga siap menjulurkan tangan-Nya untuk menolongnya. Jadi betapapun beratnya perjuangan perjalanan iman kita, jangan takut, karena Dia selalu memperhatikan kita. Kita bukan hanya jago kandang, tetapi juga jago di luar kandang, karena kita punya divine bodyguard.

Dia menyediakan suatu janji: penjaga kita akan memperhatikan kita sampai kepada akhir dari perjalanan hidup kita.
Kita tidak akan takut mengenai permasalahan yang besar, jika kita dapat percaya bahwa Allah bersama kita dan akan melihat kita hingga selesai.
Ilustrasi:
Presiden Amerika Abraham Lincoln mengunjungi sebuah rumah sakit militer. Dia mendekati seorang tentara yang hampir meninggal. Tentara ini tidak mengenali presidentnya. Presidentnya berkata "apa yang dapat saya lakukan untukmu? Tentara ini menjawab "saya akan bersukacita jika kamu mau menuliskan kata-kata saya untuk orangtua saya." Kemudian tentara mendiktekan kata demi kata dan Abraham Lincoln menuliskannya pada sebuah kertas. Setelah itu, tentara ini meminta Abraham Lincoln untuk menanda tangani surat itu, sehingga orangtua saya akan tahu betapa baiknya anda. President menanda tangani surat itu. Setelah tentara melihat surat yang telah ditanda tangani oleh president, dia kaget dan berkata "dia tidak tahu jika saya sedang berhadapan dengan president." Kemudian president ini kembali bertanya, "apa yang dapat saya Bantu lagi?" tentara yang hampir meninggal merasa malu dan berdiam sejenak, kemudian berkata "kematian saya akan lebih mudah jika anda hendak menemani saya dan melihat saya melaluinya. Abraham Lincoln menempati janjinya. Jam sebelas datang, jam dua belas lewat, jam satu terlalui, jam dua datang, dan pada jam tiga petang, prajurit itu meninggal dunia. President dengan gentlenya, menutupkan mata sang prajurit, dan melipatkan tangannya pada jantungnya. Dengan muka yang tertunduk, dia meninggalkan ruangan itu. Dia telah menepati janjinya. Dia telah tinggal di sisi tentara itu. Dia juga telah melihatnya melalui saat terakhir.
Allah kita adalah Bodyguard ilahi yang tinggal dekat dengan peziarah-peziarah iman dan tidak pernah tertidur, yang menjaga kita dari setiap bahaya. Allah inilah yang telah memberikan kata-kata-Nya bahwa Dia akan melihat kita hingga akhir perjalanan hidup kita. Dia akan bersama dengan kita ketika malam datang dan ketika kita berjalan di dalam kegelapan malam. Dia akan berada di sana untuk bertemu dengan kita ketika sinar pagi tidak terbit.
Jadi orang Kristen bukan hanya jago kandang, tetapi juga jago luar kandang.

Kamis, 09 Oktober 2008

Mari Bersaksi

Pendahuluan
Cerita Chinese kuno: Wang Li, seorang murid yang miskin, tidak dapat membeli sebuah mangkok nasi sekalipun. Untuk beberapa hari ia berjalan berkeling dengan perut yang lapar. Suatu hari, tuan yang mempunyai kedai the berkata kepada Wang Li, "engkau boleh makan di kedai rumahku setiap hari." Wang Li menjawab, "tetapi saya tidak dapat membayarnya." Pemilik kedai berkata "saya tahu, tetapi jangan takut. Saya yang akan membayarnya." Hari lepas hari, minggu lepas minggu, Wang Li makan di kedai the tersebut. Namun pada suatu hari, Wang Li hendak meninggalkan kota itu, lalu ia berkata "saya tidak dapat membayar semua makanan yang telah saya makan, tetapi saya akan memberi bapak sesuatu yang sangat special." Wang Li mengambar sebuah gambar dari seekor burung bangau yang indah yang beraada di atas tembok. Kemudain Wang Li berkata kepada pemilik kedai teh tersebut, "bapak, burung bangau ini akan membuat engkau kaya." Ketika semua tamumu sedang duduk bersama, minta mereka untuk bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Setelah itu, burung bangau akan berjalan ke luar dari tembok dan menari. Namun, ingat, hanya ketika mereka (orang banyak) menyaksikan bersama-sama. Jika engkau mengijinkan hanya satu orang saja yang menikmatinya, maka burung bangau itu tidak akan menari lagi."
Kemudian Wang Li meninggalkan kota itu. Dengan cepat sekali, berita mengenai gambar burung bangau yang dapat menari diketahui oleh setiap orang yang ada di kota itu. Banyak orang datang untuk menyaksikan keajaiban itu. Dalam sekejap pemilik kedai the menjadi seorang jutawan yang baru. Namun pada suatu hari, kedai teh kedatangan seorang tamu yang sangat kaya. Tamu ini berkata kepada pemilik kedai teh tersebut, "saya hendak menonton gambar burung bangau tersebut, tetapi saya hanya mau menonton itu sendiri." Pada mulanya, pemilik ini berkata tidak, namun setelah terjadi perdebatan yang sangat sengit, saudagar kaya ini, mengeluarkan sejumlah yang sangat besar dan berkata, "kalau engkau mengijinkan saya menyaksikan pertunjukan itu sendiri, uang ini akan menjadi milikmu semuanya."
Pemilik kedai tersebut merasa tergoda, walaupun dalam pikiran keinginan itu berdebat dengan perkataan Wang Li. Namun ia mengambil kesimpulan untuk memberi kesempatan itu kepada saudagar kaya. Lalu pemilik kedai the meminta pelanggan yang lain untuk keluar. Setelah saudagar kaya itu bersiap - siap untuk menonton. Lalu ia menepuk tangannya sebanyak tiga kali, apa yang terjadi? (minta respon dari pendengar?) burung bangau dengan muka yang muram mengoyang - goyang kepala dan melihat sekelilingnya. "Di mana penonton yang lain? Di mana anak laki-laki dan perempuan yang ingin tahu, yang menonton dengan saya dengan sukacita, mata yang lebar, dan mulut yang terbuka?" kata burung bangau. Saudagar merasa tidak sabar untuk menyaksikan pertunjukan itu, lalu ia bertepuk tangan 3 kali, Apa yang terjadi? Dengan ragu - ragu, burung itu keluar lagi, berjalan berkeliling, lalu burung itu berdiri seperti sebuah patung. Pada sore hari itu, Wang Li kembali ke kota itu. Dengan gembira, ia hendak segera bertemu dengan Si pemilik kedai teh dan melihat gambar burung bangau itu. Lalu patung burung bangau itu bergerak dan berjalan ke arah Wang Li, kemudian kedua - keduanya menghilang pada sore hari itu.
Pesan Cerita: kebahagian itu harus dibagikan kepada orang lain. Jika kita memeliharanya hanya untuk diri kita sendiri, maka kebahagian itu akan lenyap.
Bukankah hal yang sama dengan apa yang harus kita perbuat untuk kristus. Kita telah memperoleh keselamatan itu. Keselamatan itu membuat kita bahagia. Oleh karena itu, kita harus bersaksi/berbagi/menceritakan keselamatan itu kepada orang lain. Masih banyak orang yang belum mendengar mengenai Yesus, sang penyelamat kita.
Pada pagi hari ini, saya akan membahas mengenai konsep dari bersaksi. Mari kita buka Injil Matius 28: 18 - 20.
1. Bersaksi bukanlah suatu paksaan melainkan suatu keharusan yang harus kita lakukan
pada ayat 19, Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya yang adalah saksi hidup dari peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus.
Injil Markus 16: 15, Yesus memberi perintah kepada murid - murid-Nya untuk menjadi saksi yang mengabarkan kabar baik itu.
Dalam Ibrani pasal 2: 3 - 4 menggambarkan Tuhan sendiri telah bersaksi mengenai keselamatan itu.
Kalau kita melihat Kisah para Rasul 1: 8 dengan jelas mengatakan bahwa mereka adalah saksi yang akan menyaksi kabar baik itu ke seluruh dunia.
Kisah Para Rasul 8: 1 - 4, jelas - jelas menggambarkan bahwa walaupun dalam situasi yang sukar dan sulit, semua orang percaya tanpa kecuali bersaksi mengenai kabar baik kepada orang lain.
Yang menjadi pertanyaan, Kenapa para rasul dan gereja mula - mula mempunyai semangat untuk bersaksi? Karena mereka beranggapan bahwa ini adalah tugas yang harus dijalankan dan bukan suatu beban. Mereka beranggapan bahwa Tuhan yang memberikan mandat ini kepada mereka. Mari saudara-saudara sadarilah, bersaksi bukanlah suatu paksaan melainkan suatu tugas dan kewajiban yang harus kita lakukan, karena Tuhan yang telah memerintahkan kita untuk melakukan misi ini.
Billy Graham mengatakan bahwa 90% dari para anggota gereja sekarang tidak membagikan pengalamannya atau bersaksi kepada orang lain. Bukankah ini fakta yang sangat menyedihkan?
Danny Daniel mengatakan bahwa dua pertiga dari gereja - gereja injili tidak menawarkan kesempatan praktek penginjilan kepada para anggotanya. Dengan kata lain, dua pertiga dari gereja - gereja injili itu tidak juga mendorong jemaatnya untuk bersaksi.
2. Bersaksi memerlukan tindakan yang nyata
Kalau kita melihat pada ayat 19, jelas sekali bahwa goal dari Amanat Agung adalah menjadikan semua bangsa murid-Ku. Sebelum kita dapat menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya, kita harus mengambil suatu tindakan yang nyata, yaitu, menjadi saksi yang memberitakan kabar baik ini kepada orang lain. Jika kita tidak pernah mengambil tindakan untuk bersaksi, jangan berharap misi ini akan tercapai. Misi ini akan tercapai jika kita mengambil tindakan nyata untuk bersaksi mengenai kabar baik ini kepada orang lain yang belum kenal Tuhan secara pribadi.
malam misi international di APTS diberi tema :Mission cry (tangisan Misi): if not now, when? If not us, who? (jika bukan sekarang, kapan? Jika bukan kita, siapa?). Dengan kata lain, tema itu mengatakan: untuk menjadikan semua orang Indonesia menjadi milik Kristus, kita harus mengambil keputusan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada orang - orang yang belum kenal Tuhan secara pribadi
mengambil tindakan bukan hanya berarti kita bersaksi dengan menggunakan kata - kata saja, tetapi kita juga dapat menggunakan gaya hidup sebagai alat untuk bersaksi. Kita dipanggil untuk bersaksi, yaitu dengan memperlihatkan gaya hidup Kristus dalam gaya hidup kita.
Di GSJA Cimahi, ada seorang wanita Tua yang bernama Ibu Yul (sekarang telah duduk dipangkuan Bapak di Surga). Ibu ini adalah ibu yang dipakai Tuhan untuk bersaksi kepada keluarga saya. Dia tinggal di tempat yang cukup jauh dari rumah saya, tetapi setiap sore hari dia selalu datang ke rumah saya dan bersaksi mengenai kristus). Selain itu, Gereja Cimahi mempunyai cabang SM dan POS PI di Gunung Bohong. Untuk pergi ke sana, bukanlah perjalanan yang mudah. Dia harus berjalan kaki selama kurang lebih 45 menit untuk sampai di tempat tersebut. Melalui pelayanannya, banyak orang dimenangkan bagi Tuhan. Bukan hanya itu saja, di gereja pusat dia selalu yang menghampiri jemaat baru. Jika dia bertemu dengan jemaat lain, dia selalu menanyakan keadaan mereka. Pada waktu dia meninggal dunia, semua orang yang hadir dalam acara pemakamannya merasa kehilangan yang sangat besar. Dia telah merancang sebuah baju untuk acara natal, namun dia belum sempat mengenakannya. Semua orang meminta penjahit untuk mengerjakan pakaian dengan cepat, karena banyak orang ingin memberikan penghargaan itu untuknya. Jemaat gereja mengenakan baju itu kepadanya sebagai tanda penghormatan terakhir yang dapat mereka berikan kepadanya. Kehilangan itu terasa ketika hari minggu tiba, jemaat tidak lagi melihat ada orang yang menghampiri jiwa baru. Tidak ada lagi orang yang selalu menanyakan bagaimana kabarmu? Tidak ada lagi orang yang selalu memberikan cium pipi kepada anak - anak yang pernah dididiknya? Sadarilah: Bersaksi menuntut suatu tindakan yang nyata
3. Dalam bersaksi, kita adalah patner kerja Allah (ayat 18 dan 20, Kisah para rasul 1:8)
Dalam teks - teks ini, kita menemukan bahwa kita adalah patner Allah. Allah tidak membiarkan kita sendiri untuk menjalankan proyek keselamatan ini.
ayat 18 mengatakan bahwa Dia yang memegang kekuasaan di surga dan di bumi.
Ayat 20 menyatakan bahwa Dia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman.
Kisah Para Rasul 1: 8 mengatakan bahwa Orang percaya akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun di atas kita.
Ibrani 2: 3- 4 (walaupun konteksnya berbeda, Namun di sana tersirat bahwa Allah turut bekerja untuk membantu para rekan-rekannya agar rekan - rekannya dapat menyelesaikan proyek ini. jadi saudara ketahuilah bahwa kita tidak sendiri dalam menyelesaikan proyek keselamatan ini, karena Allah bekerja bersama - sama dengan kita.
Bersaksi adalah soal kerja sama kita dengan Allah
Bersaksi adalah soal kita dimampukan oleh Allah
Bersaksi bukan sekedar soal kecakapan kita sendiri, melainkan kecakapan yang berdasarkan kesediaan kita dipakai oleh Tuhan.
Jadi mari kita menjadi pelaku - pelaku dari proyek keselamatan ini. kita akan menjadi agent - agent dari proyek ini kalau kita mengambil tindakan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada orang - orang yang belum pernah mendengarnya.

Minggu, 05 Oktober 2008

The Good leader

Pendahuluan
Kita seringkali berpikir dan berimajinasi untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil dan punya banyak pengikut. Di dunia post moderen ini, banyak orang juga mempunyai cita-cita dan harapan yang sama dengan kita. ada banyak bukti untuk mendukung argument ini, seperti: banyak terbitnya buku mengenai kepemimpinan yang sukses dan berhasil, buku-buku psikologi yang mendorong dan merangsang untuk menjadi orang pemimpin yang sukses dan yang terakhir adalah banyak organisasi yang mendadakan seminar mengenai kepemimpinan yang sukses dan berhasil.
Oleh karena itu, berdasarkan data di atas, kita akan melihat kepemimpinan yang berhasil dari segi alkitabiah. Kita akan menemukan banyak prinsip kepemimpinan di dalam alkitab. Dalam paper ini, kita hanya akan berfokus di dalam kitab Hakim-Hakim.

Visi
Pemimpin yang berhasil sangat memerlukan visi. Jika kita melihat Kitab Hakim-Hakim, maka kita akan menemukan bahwa setiap pemimpin selalu mempunyai visi. Kalau kita hendak mengamati lebih teliti lagi, maka kita akan menyimpulkan bahwa pemberi visi itu adalah Allah sendiri (Hakim 3:9, 15; 4:6; 6:7, 14; 13:3, 14: 4, dll.). Memang kita tidak menemukan secara langsung di dalam Kitab Hakim-Hakim bahwa Allah memberikan visi kepada hakim-hakim, tetapi kita menemukan secara jelas bahwa setelah Allah mendengar seruan dari Bangsa Israel, Allah membangkitkan seorang pemimpin atau penyelamatan untuk membebaskan Bangsa ini. Jadi frasa “Allah yang membangkitkan seorang pemimpin atau penyelamatan” berarti juga bahwa Allah memilih dan memberi visi yang jelas kepada hakim-hakim tersebut, yaitu membebaskan Bangsa ini dari negara jajahan dan membawa Bangsa Israel kembali kepada Tuhan.

Ketaatan kepada Perintah Tuhan atau Komitmen kepada Tuhan
Pemimpin yang berhasil harus menunjukkan ketaatannya kepada semua perintah Tuhan. Di dalam kitab hakim-hakim, kita menemukan pemimpin-pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memperlihatkan ketaatan mereka kepada perintah Tuhan atau komitmen mereka kepada Tuhan, walaupun perintah itu kadang-kadang tidak masuk akal. Gideon adalah pemimpin yang sukses dan berhasil. Ia menunjukkan ketaatannya ketika ia harus berperang melawan Bangsa Midian hanya dengan membawa 300 orang (Hakim-Hakim 7). Debora dan Barak juga adalah pemimpin sukses. Ia memperlihatkan ketaatan kepada Allah ketika mereka maju berperang melawan Bangsa Kanaan (Hakim-Hakim 4). Hasil dari ketaatan mereka atau komitmen mereka, Allah membuat mereka menjadi pemimpin yang berhasil.

Memberikan Kemuliaan Kepada Allah
Dalam Kitab Hakim-Hakim, kita menemukan suatu sikap pemimpin yang layak dan patut ditiru, yaitu: mereka memberikan keberhasilan kepemimpinan kepada Tuhan semata-mata. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah sumber keberhasilan mereka. Mereka mengatakan demikian, karena mereka melihat sendiri bahwa yang berperang sebenarnya adalah Allah dan bukan mereka. Dalam Hakim-Hakim 8: 23, walaupun dengan kata yang berbeda, Gideon mengembalikan segala kemuliaan, keharuman, dan keberhasilannya kepada Tuhan. Dalam Hakim-Hakim 5: 1-31, Debora menyanyikan lagu yang isinya berisikan pengagungan kepada Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kemenangan kepada mereka. Dengan kata lain, dari kedua tokoh hakim ini, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka mengembalikan keberhasilan mereka kepada Tuhan, karena mereka melihat bahwa Allah sendiri adalah tokoh dibalik keberhasilan mereka.

Diperlengkapi oleh Roh Kudus
Kita selalu menemukan frasa Roh Allah menghinggapi dia atau berkuasa Roh Tuhan atas dia di dalam kitab Hakim-hakim (3:10; 11:29; 14: 19). Para penafsir setuju kedua frasa dapat diartikan sama dengan baptisan Roh Kudus bagi orang percaya di dalam Perjanjian, karena setelah mereka dihinggapi oleh Allah, mereka dimampukan oleh Allah untuk melakukan hal-hal yang besar. Seperti halnya para rasul di dalam Buku Kisah Para Rasul. Jadi di dalam Kitab Hakim-Hakim, kita dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang sukses dan berhasil adalah seorang pemimpin yang mengijinkan Roh Allah berkuasa di dalam dirinya.

Sifat yang Bertobat atau Sifat mau Bangkit dari Kegagalan
Kehidupan Simson memberikan contoh teladan bagi pemimpin masa kini. Di dalam Kitab ini, kita menemukan bahwa Simson berhasil bangkit kembali dari kegagalannya. Dengan kata lain, seorang pemimpin dapat mengalami kegagalan. Namun yang membedakan pemimpin yang berhasil dan sukses dengan yang tidak berhasil adalah apakah mereka mampu dari keterpurukan atau kegagalan di dalam kehidupannya?

Menyadari Kelemahan Pribadi
Kalau kita meneliti kitab ini, kita akan menemukan secara tidak langsung kitab ini memberikan wejangan untuk mengetahui apa kelemahan pribadi kita masing-masing. Dengan kata lain, kitab ini menyatakan seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang yang mampu mengenali kelemahan-kelemahan pribadinya sendiri. Kitab ini memberikan contoh pemimpin yang tidak berhasil mengenali kelemahan, seperti: Simson tidak menyadari kelemahannya terhadap wanita (Hakim 13-16). Gideon tidak mengenali kekurangan mengenai harta (Hakim 8). Dampak dari sikap ini, akhirnya membawa akhir yang kurang menyenangkan di dalam era kepemimpinan mereka. Emas yang dikumpulkan oleh Gideon menyebabkan Bangsa Israel berbalik dari Allah (13: 27). Wanita yang cantik dan menawan akhirnya membuat Simson kehilangan kekuatannya dan mati secara tragis dan menyedihkan (Hakim 16). Jadi pemimpin yang berhasil harus mengenali kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Aplikasi di Masa Sekarang
Prinsip kepemimpinan pertama yang dapat kita peroleh dari Kitab ini adalah seorang pemimpin memerlukan visi. Tanpa visi yang jelas, maka seorang pemimpin tidak akan memimpin dengan baik karena dia tidak tahu mau dibawa kemana pengikutnya? George Barna mengatakan demikian “adanya visi dan penyampaian serta penyebarluasan visi oleh para pemimpin kepada anggota jemaat menghasilkan suatu mata rantai pertumbuhan jemaat secara kualitas (rohani) dan kuantitas.” “Jika jemaat mengenali visi dan bergabung dengan gembala untuk mewujudkan visi tersebut, hal tersebut akan memberdayakan gereja menuju suatu tujuan bersama. Pada akhirnya visi tersebut mendapatkan kekuatan guna memacu pencapaian hasil akhir yang besar dan luar biasa” menurut Jerry C. Wofford. John C. Maxwell mengatakan
visi adalah segala-segalanya bagi seorang pemimpin. Visi itu benar-benar tidak tergantikan karena visilah yang memimpin para pemimpin. Visi melukiskan sasarannya. Visi memicu serta membakar semangat dan mendorong pemimpin untuk maju. Visi juga merupakan pemicu orang lain untuk menjadi pengikut dari pemimpin tersebut. Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi takkan ke mana-mana. Paling banter, ia akan berlari di tempat.
Selain itu, kitab Hakim-Hakim memberitahukan kepada kita bahwa sumber visi itu adalah Allah sendiri. George Barna juga mendukung pendapat ini. Ia mengatakan visi itu mempunyai tiga aspek yaitu kenali diri sendiri, pelajari lingkungan anda, dan kenali Allah…Pemimpin Kristen di dalam kehidupan dan pelayanannya telah memberikan suatu kesimpulan bahwa tidak akan pernah dapat menemukan visi tanpa mengenal lebih dulu Si Pemberi visi, yang tidak lain adalah Allah. Di buku yang lain, Barna juga mengatakan
visi sejati berasal dari Tuhan. Bila kita secara pribadi memunculkan suatu visi tentang masa depan, visi kita ini bisa keliru, kurang dan terbatas; visi Tuhanlah yang sempurna dalam segala hal. Hanya Dia yang tahu apa yang terbaik untuk kita; hanya Dia yang cukup memperhatikan kita sehingga Dia memanggil para pemimpin ke depan dan menanamkan visi-Nya di dalam diri mereka demi kepentingan semua pihak.
Prinsip kedua adalah seorang pemimpin yang berhasil harus menunjukkan ketaatan kepada perintah Allah atau komitmen kepada Tuhan. George Barna mengatakan bahwa “seorang pemimpin yang berhasil hanyalah seorang serdadu yang mendapat perintah untuk melaksanakan tugas. Pekerjaan saya adalah hadir setiap hari, siap bekerja, dan mematuhi pengarahan yang diberikan-Nya.” John R. Mott mengatakan bahwa yang membedakan pemimpin besar dan berhasil dengan pemimpin yang tidak berhasil adalah ketaatan dan komitmen mereka kepada Tuhan. Dengan kata lain, ia mengatakan bahwa dengan ketaatan dan komitmen yang mutlak kepada Allah, maka seorang pemimpin akan melihat perkara-perkara besar terjadi di dalam era kepemimpinannya.
Prinsip yang ketiga adalah seorang pemimpin yang sukses mengatakan bahwa Allah adalah sumber keberhasilannya. Dengan kata lain, ia mengembalikan keberhasilannya kepada Allah. Setiap pemimpin tidak mudah untuk melakukan hal ini, karena setiap pemimpin hendak diakui kehebatan dan kesuksesannya. Dengan kata lain, seorang pemimpin selalu punya kecenderungan untuk mengatakan bahwa keberhasilan dan kesuksesan ini karena saya. Selain itu, Ia juga mengatakan “Allah ada di balik semua keberhasilan seorang pemimpin. Jadi betapa luar biasa kehormatan yang kita terima selama memimpin untuk memuliakan Tuhan.
Prinsip yang keempat adalah seorang pemimpin yang besar adalah seorang pemimpin yang mau bangkit dari kegagalannya. Yang membedakan pemimpin yang berhasil dengan yang tidak sukses adalah bagaimana pemimpin tersebut mengambil sikap terhadap kegagalan di dalam karier kepemimpinannya. Froude mengatakan bahwa sukses atau tidak seorang pemimpin tidak dilihat dari satu kegagalan saja, tetapi dilihat dari keseluruhan hidupnya. Respon seorang pemimpin terhadap kegagalan akan menentukan apa karier kepemimpinannya akan selesai sampai di sini atau akan bertahan dan sukses sampai pada masa akhir hidupnya. Sander mengatakan bahwa pertobatan yang mendalam dan kenyataan kasih kepada Kristus, bahkan telah membuka kembali kesempatan ke arah pelayanan yang lebih luas dan besar…suatu penyelidikan terhadap tokoh-tokoh Alkitab menyatakan bahwa sebagian besar orang yang membuat sejarah adalah orang-orang yang gagal dalam beberapa bidang, dan sebagian lagi gagal secara drastic, tetapi mereka tidak mau terus berbaring dalam debu. Kegagalan dan pertobatan mereka menjamin adanya satu konsep mengenai kasih karunia Allah yang lebih luas.
Prinsip yang kelima adalah pemimpin yang diurapi oleh Roh Kudus atau pemimpin yang dimampukan oleh Roh Kudus. Setiap pemimpin Kristen harus memiliki kriteria ini. Dengan kata lain, inilah adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen. Sander mengatakan “kepemimpinan rohani hanya dapat dilakukan oleh orang yang penuh dengan Roh. Memang sifat-sifat lain untuk kepemimpinan rohani juga diperlukan, tetapi syarat ini adalah syarat pertama dan mutlak harus ada di dalam setiap pemimpinan rohani.” Bahkan Sanders berani menambahkan, “betapapun cerdasnya seseorang secara akal, betapapun mampunya ia untuk menjadi pemimpin, tetapi tanpa perlengkapan yang terpenting ini, ia tidak akan dapat menjadi seorang pemimpin rohani yang sejati.”
Prinsip yang keenam adalah pemimpin yang menyadari kelemahannya. Dengan mengetahui dan menyadari kelemahannya masing-masing, maka pemimpin selalu sadar dan berjaga-jaga, sehingga kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Jay A. Conger mengatakan salah satu masalah yang dapat membuat seorang pemimpin kharimatik tidak berhasil adalah kegagalan menyadari kekurangannya. Seperti telah tertulis pada bagian sebelumnya, Barna mengemukakan tiga element dari suatu visi, yaitu kenali diri sendiri, kenali lingkungan dan kenali Allah. Di dalam bagian kenali diri anda sering, seorang pemimpin diminta untuk benar-benar mengoreksi dan mengenali apa kelebihannya, apa kelemahannya, apa karunia yang dimilikinya, apakah dia orang yang emosional, dll. Dengan kata lain, kalau kita mengenali dan mengetahui kekurangan dan kelemahan kita, maka kita telah mempunyai satu aspek atau segi untuk menjadi pemimpin yang berhasil.
Jadi di dalam Kitab Hakim-Hakim, kita menemukan enam prinsip kepemimpinan yang dapat diterapkan di dalam kehidupan di masa sekarang. Keenam prinsip itu adalah seorang pemimpin harus mempunyai visi, seorang yang diurapi oleh Tuhan, seorang yang mengenali dan mengetahui kekurangannya, seorang yang mau bangkit dari kegagalannya, seorang yang penuh dengan komitmen dan seorang yang menyadari bahwa sumber keberhasilannya adalah Allah sendiri.

Kamis, 02 Oktober 2008

Belajar dari Binatang

Nama binatang seringkali digunakan untuk mewakili karakter/gaya hidup manusia. Contohnya: ular seringkali menggambarkan kelicikan manusia; kancil seringkali mendeskripsikan kecerdikan manusia; Babi juga acapkali digunakan untuk menggambarkan sifat malas dari manusia; keledai seringkali disama dengan kebodohan yang dimiliki oleh manusia; kuda seringkali digunakan untuk menggambarkan kekuatan manusia.
Di dalam kebudayaan orang-orang cinapun, kita menemukan suatu kebudayaan untuk menghubungkan manusia dengan binatang. Ada orang yang lahir pada tahun ayam, pada umumnya orangnya akan rajin. Ada orang yang lahir pada tahun babi, pada umumnya orangnya akan bersifat malas. Bahkan mereka juga seringkali menyamakan Tahun binatang tersebut sebagai berkat, contohnya: waktu Tahun "Naga Emas" banyak orang-orang cina hendak mempunyai anak lagi, karena mereka percaya siapa yang lahir pada tahun itu akan menjadi orang yang kaya dan sukses.
Amsal 10: 26; 13: 4; 15:19; 18:9; 19:15; 22:13; 26:13, 14,16. Dalam kitab Amsal, kita melihat perbandingan antara orang malas dengan orang rajin. Pd pasal 10: 26, pemalas digambarkan seperti cuka bagi mulut dan asap bagi mata. Jadi orang malas adalah sesuatu yg tidak berguna. Ps 26: 14 memberikan karakteristik yg berbeda mengenai orang malas. Ps 26: 13, jg menggambarkan orang malas yg suka berbohong atau omong besar utk menutupi kemalasannya. Ps 26: 16, org malas yg suka berhayal dan bermimpi, sehingga menimbulkan kesan bahwa dia begitu pintar dan bijaksana.
Pd pagi hari ini, kita harus merendahkan hati dan belajar dari binatang-bintang yg mungkin dalam pemikiran kita tidak mempunyai kelebihan sama sekali. Mari kita melihat Kitab Amsal 6: 6 - 11.
Semut mengajarkan kita untuk hidup dalam komunitas/kerja sama/tahu fungsinya masing-masing (ayat 7)
Semut mempunyai dua lambung. Ketika mereka mencari makan, mereka mengisi kedua lambungnya sampai penuh. Lambung yg satu untuk dirinya sendiri dan lambung yang lainnya untuk sesamanya. Ketika seekor semut menemukan makanan dan ia tidak mampu membawanya, ia akan memanggil teman-temannya untuk menolongnya membawa makanan tersebut. Bukan itu saja, di dalam dunia semutpun sudah ada pembagian kerja. Semut-semut yang berbadan besar akan mencari makan, semut-semut yang berbadan sdg akan menjadi serdadu/tentara, semut-semut yg berbadan kecil bertugas untuk memberi makan bayi-bayi semut. Dr semua ini kita belajar banyak, bahwa kita harus hidup di dalam komunitas, saling kerja sama, saling memperdulikan sesama, dan pada saat yg sama, kita juga menjalan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kita masing-masing. Bagaimana dengan kita? Sebagai tubuh kristus, apa kita sdh saling peduli satu dengan yng lain? Apa kita saling memperhatikan satu dengan yang lain? Atau malah kita saling cuek dan tidak peduli akan apa yang terjadi dengan saudara-saudara kita? Sebagai jemaat tuhan, apakah kita sdh melakukan bagian-bagian kita? Sudah kita menjalankan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kita sebagai tubuh kristus, shg org di luar sana dapat melihat kemuliaan Tuhan di dalam gereja dan melalui kebersamaan kita.
Kita hrs Mempersiapkan masa depan kita (ayat 8)
Semut selalu merencanakan masa depannya. Mereka tidak hanya berpikir untuk hidup hari ini saja, tetapi pada saat yang sama mereka juga berpikir mengenai kelangsungan hidup pada masa depan mereka. Teks kita menuliskan bahwa semut mempersiapkan makanan pada musim panas/panen, karena mereka tahu ada saat di musim salju, mereka tidak dapat keluar dan mencari makan. Bagaimana dengan kita? Terkadang kita, yang disebut mahkluk ciptaan Tuhan yang paling pintar dan berhikmat seringkali tidak pernah berpikir mengenai masa depan kita, bahkan tidak merencanakan masa depan kita. Bahkan mungkin kita seringkali beralibi: bukankah Tuhan yang memegang masa depan kita. Jadi buat apa kita takut dan ragu lagi mengenai masa depan kita. Namun pada pagi hari ini, saya ingin menekan sesuatu: Walaupun kita tahu dan percaya bahwa Tuhan memegang masa depan kita, kita tetap harus berpikir, merancang dan mempersiapkan masa depan kita. John Maxwell pernah berkata: ketika kita gagal membuat suatu perencanaan, itu berarti kita telah merancangkan kegagalan untuk masa depan kita.

Semut mengajarkan Kita untuk tidak boleh menunda pekerjaan/kewajiban/tugas kita
Semut tidak pernah menunda pekerjaan. Kalau kita menghancurkan sarang/rumah semut pada hari ini, maka pada hari ini juga dia akan membangun rumahnya. Bukankah seringkali tingkah laku kita berlawanan dengan sifat semut ini. kita seringkali menunda pekerjaan kita/tugas/kewajiban kita.

Semut mengajarkan kita untuk memiliki kehidupan yang digerakkan oleh tujuan
semut selalu dimotivasi/digerakan oleh tujuannya. Motivasi yg mendorong semut adalah makanan. Semut akan selalu mencari makanan untuk mempertahakan kelangsungan hidupnya. Betapun sulitnya, mereka akan mencoba untuk mendapatkannya. Kalau diseberang aliran air ada makanan, maka mereka membuat saluran/terowongan dibawah aliran air tersebut. Kalau diseberang sungai sana ada makanan, keadaan itu tidak menghambat semut untuk mendapatkannya, mereka akan menggerakan batu dan mereka akan menggantungkan diri mereka di sana, sehingga mrk akan tiba di seberang sungai tersebut. Bukankah kita seharusnya lebih berhikmat drpd semut. Kalau semut hanya dimotivasikan oleh makanan. Kita dimotivasi dengan tujuan yg lebih tinggi dan bermakna kekal, yaitu memuliakan Tuhan.

Aku berdoa supaya aku tidak menangis waktu aku kalah...."

"Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut. Amin.... Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya. Amsal 15:23 Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Amsal 16:24 Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Amsal 17:27 (http://www.ilustrasi khotbah.com)
Tuhan,Ajari aku berjalan dalam kehendak Mu,
Ajari aku melangkah dalam pimpinan Mu,
Ajari aku menjalani Hari-Hari bersama dengan Mu,
Tuhan... Aku tak tahu jalan ini, bila mana aku berjalan, di sekeliling Ku penuh dengan kegelapan, Ku perlu pimpinan tangan Mu, untuk Ku bisa melangkah Dan berjalan Dan tahu arah tujuan yang pasti.
Tuhan...aku sering terjatuh kerana batu-batu yang tak Ku lihat kerana kegelapan ini, sakitnya luka itu
Tuhan...namun tangan Mu menarik Ku lalu membersihkan lukaku serta membalutnya.
Tuhan...aku sudah tidak kuat lagi, aku tidak bisa melihat di dalam kegelapan ini.Betapa banyaknya luka-luka mengarungi perjalanan ini, bekas luka-luka yang lama berdarah kembali karena kerikil-kerikil yang tajam ini.
Aku tersungkur....tanpa Ku sadari air Mata membasahi kedua belah pipi Ku...Ku coba bangkit Dan melangkah namun aku tidak mampu...
Tuhan...masih jauhkah perjalanan hidup ini? Aku sudah tidak kuat lagi Tuhan. Tuhan.....aku berteriak bersama dengan tangisanku.
Tiba-tiba....Ku dengar suara lembut Dan sayu berbisik didalam hatiKu...."inilah sebuah perjalanan hidup, terkadang engkau akan jatuh Dan bangkit, jatuh Dan bangkit Dan jatuh lagi sehingga luka-luka lama mu akan berdarah kembali....
Lihat, meskipun disekeliling mu penuh dengan kegelapan namun kamu tidak tahu sebenarnya di hadapan mu itu Ada terang yang menanti, Aku membawamu ke tempat yang gelap ini dengan maksud Dan tujuan tertentu."
"Maksud Dan tujuan ?".... Aku coba mengulanginya.Lalu suara itu melanjutkan, "ya sebuah maksud dan tujuan yang terbaik bagi mu..Dan masa depanmu.
Kamu tidak bisa berjalan dalam kegelapan ini tanpa uluran tangan Ku, lihat kerikil yang tajam itu Aku telah arungi di Golgota bersama dengan beban yang berat Dan Aku telah menang .... ""Tiada seorangpun yang sanggup mengulurkan tangan ketika Aku jatuh Dan berdarah", kataNya dengan lembut....."Perhatikanlah ketika kau jatuh, Aku Ada bersama dengan mu, tangan Ku senantiasa terulur untuk membantu Dan menopangmu, sebenarnya....
kerikil tajam itu membuat engkau lebih bersandar lagi kepada Ku Dan menggengam erat tangan Ku, bahwa kau sebenarnya tidak bisa berjalan dengan kekuatanmu sendiri....Aku adalah Tuhan yang tidak pernah melakukan kesilapan Dan kesalahan dalam hidup mu. Aku senantiasa memberi yang terbaik Dan bukan kedua terbaik bagimu, Meski jalan di depanmu adalah suram Dan gelap yang kau sangat tidak senangi, tapi yakinlah bahwa.....Aku akan menggendongmu terus sampai selamanya, dari rahim ibu mu Aku telah memilihmu... Dan sampai putih rambutmu pun Aku adalah Tuhan yang akan tetap menjagamu melindungimu bahkan sampai selama-lamanya.""Tuhan..." aku coba bersuara...tetapi suara itu melanjutkan lagi, "ketahuilah dalam kelemahan Dan air matamu kuasa Ku menjadi sempurna atasmu."Aku menangis mendengarnya aku tak sanggup mengungkapkan perasaan Ku hanya air Mataku menetes yang memberi jawaban atas semuanya.Teman....bila semua itu berlaku pada dirimu, itu akan membuatkanmu untuk bersandar penuh kepada-Nya karana sebenarnya diluar Tuhan Kita tidak bisa berbuat apa-apa.
~ Elia Stories

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan!

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Tuhan sudah menghitung airmatamu.
Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon...
Tuhan selalu berada disampingmu.
Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Tuhan punya jawabannya.
Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.
Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
Tuhan telah memberkatimu.
Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Tuhan telah tersenyum padamu.
Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.
Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap... TUHAN TAHU (http://www.ilustrasi khotbah.com)

Mulailah Memberi

Bila tak seorangpun berbelas kasihan pada kesulitan kita atau tidak ada orang yang menghargai keberhasilan kita, atau jika tak seorangpun mau mendengar, memandang, memperhatikan kita, maka janganlah terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke dalam hati.
Manusia memang selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. mereka seringkali hanya mendahulukan kepentingan mereka sendiri. kita juga tak perlu memasukkan hal atau sikap seperti itu ke dalam hati, sebab akan menyesakkan dan membebani langkah kita.
Ringankan saja hidup ini dengan cara memberi sesuatu kepada orang lain. Semakin banyak anda memberi, semakin mudah kita memikul beban hidup ini. Berdirilah di depan jendela dan pandanglah keluar, kemudian tanyakan pada diri kita sendiri: apakah yang bisa kita lakukan kepada dunia ini. sebab, pasti ada sesuatu mengapa kita hadir di sini dan bukan untuk merengek atau meminta supaya dunia menyanjung kita, bukan?
Keberadaan kita bukan untuk sebuah kesia-siaan. Ingatlah, bahwa seekor cacing dihidupkan Tuhan untuk menggemburkan tanah dan sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung. Alangkah hebatnya kita dengan segala kekuatan yang kita miliki untuk bisa mengubah dunia. Namun itu bisa terwujud bila kita berani mulai memberi.(www. air hidup.com)

Jumat, 28 Maret 2008

Ketidaksetiaan Versus Kesetiaan

Ketidaksetiaan Versus Kesetiaan (Mazmur 106)
Sejarah adalah sesuatu yang selalu diingat, dikenang, bahkan dipelajari oleh kumpulan orang.
o President RI: setelah presiden pertama dan kedua. Indonesia belajar dari sejarah, sehingga pihak pemerintah telah mengambil keputusan bahwa seseorang hanya dapat menjabat fungsi/jabatan president sebanyak dua periode.
o 17 Agustus: adalah hari kemerdekaan Bangsa ini. ketika kita mengenang, mengingat dan mempelajari sejarah tersebut, kita diajak untuk mau bekerja keras sama seperti apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan sebelumnya.
Pada pagi hari ini, kita ingin mempelajari sejarah Bangsa Israel. Sejarah Israel membuktikan bahwa kesetiaan Allah mengalahkan ketidaksetiaan Bangsa Israel. Bukankah catatan sejarah kehidupan kita juga memiliki karakteristik yang sama seperti Bangsa Israel.

1. Kita seringkali tidak mengerti dan tidak ingat akan pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita sama halnya dengan Israel (ayat 7, 13, 21).
a. Phrase “tidak mengerti” memberi kesan bahwa mereka tidak memberi perhatian yang khusus kepada peristiwa-peristiwa yang Allah telah berbuat di Mesir. Bahkan phrase “tidak ingat” menambah kesan kepada phrase “tidak mengerti.” Ayat 12 memberikan dasar kenapa mereka tidak memperhatikan dan tidak mengerti perbuatan dan pertolongan Allah di dalam kehidupan mereka, yaitu sikap tidak percaya. Jadi mereka bukan hanya tidak mengerti perbuatan Allah dan juga tidak mengingat perbuatan-perbuatan besar itu. yang lebih mereka tidak percaya kepada Allah. dan akhirnya mereka memberontak kepada Allah
b. Bukan kita seringkali melakukan hal sama dengan Bangsa Israel. Seringkali kita tidak percaya kepada Allah, tidak menaruh perhatian kepada peristiwa-peristiwa besar yang Allah pernah lakukan dan kita tidak mengingat lagi hal-hal tersebut. Bahkan mungkin kita seringkali memberontak, dan tidak taat kepada Allah. Seharusnya, “pertolongan-pertolongan/ perbuatan-perbuatan Tuhan di masa lalu menjadikan kita pantang menyerang di masa kini, dan selalu memandang masa depan dengan optimis. Marilah kita membangun monumen-monumen, yang dapat mengingatkan kita akan pertolongan dan perbuatan Allah di dalam kehidupan kita. janganlah membuat batu nisan-batu nisan bagi setiap perbuatan Tuhan di dalam kehidupan kita.

2. Seperti Bangsa Israel, kita merasa iri dan cemburu kepada orang lain (ayat 16 – 18).
Cuplikan ayat ini berasal dari cerita yang terdapat di dalam bilangan 16 (korah, Dathan, dan Abiram) merasa iri hati akan kedudukan Musa dan Harun. Mungkin mereka merasa bahwa mereka juga harus memiliki kedudukan dan jabatan yang sama seperti harun dan musa? Mungkin sekali, mereka juga beranggapan bahwa mereka memiliki kredibitas yang lebih baik dari musa dan harun, karena mereka didukung oleh Bangsa Israel.
o Bukankah kita seringkali melakukan hal yang sama dgn Bangsa ini. Seringkali mungkin kita cemburu/iri hati kepada teman-teman kita yang Tuhan telah pakai dengan luar biasa. Seringkali kita iri hati/cemburu kepada teman kita, karena kita merasa bahwa kita memiliki kemampuan yang lebih woo…lebih baik…bahkan lebih dashyat dibandingkan dengan orang itu.

3. kita sama halnya dengan Israel, menyembah tuhan yang lain/berhala (19, 28, 36, 38)

cerita pada ayat 19 – 23 adalah kutipan dari Keluaran 32. Dalam cerita itu, Bangsa Israel meminta kepada harun untuk membuat allah lain yang akan memimpin dan berjalan di depan bangsa ini. jelas sekali perbuatan ini melanggar hukum perintah Allah yang kedua.
Ayat 36 adalah cuplikan dari cerita ketika mereka telah memasuki tanah kanaan/tanah perjanjian. Namun mereka kembali menukar Allah yang telah
mengeluarkan mereka dari tanah mesir dengan ilah-ilah dari bangsa lain.

o Bukankah kita seringkali melakukan hal sama dengan mereka. Mungkin tanpa kita sadari, kita telah menggantikan Allah kita dengan hal yang lain. Memang kita tidak membuat patung yang menyerupai benda di langit dan menyembahnya. Namun, bukankah kita seringkali menggantikan Allah yang menyelamatkan kita dengan hal yang lain. Seringkali kita menggantikan Allah dengan kesuksesan kita. Seringkali kita mungkin menggantikan posisi Allah kita dengan pacar kita. Atau kita seringkali menukarkan kedudukan Allah dengan jabatan/karir. Ingat ketika kita melakukan hal yang lain melebihi dari apa yang kita lakukan kepada Allah, itu berarti kita sedang melakukan hal sama dengan bangsa Israel.

4. Sepertinya hal Israel, kita seringkali tidak mentaati perintah Allah (ayat 24-27; 34 –39).
Ayat 24 – 27, menggambarkan ketidakpercayaan kepada apa yang Allah telah janjikan kepada mereka. Allah berjanji akan memberi tanah yang kaya dan yang penuh susu dan madu. Namun ketika 10 pengintai memberitakan kabar yang tidak baik mengenai negeri itu, mereka tidak percaya kepada janji yang Allah telah katakan kepada mereka. Ketidak percayaan ini membawa mereka untuk mentaati perintah Allah untuk memasuki negeri itu.

Ayat 34 – 39, menggambarkan suatu situasi dimana Bangsa Israel tidak mengusir Bangsa – Bangsa lain yang tinggal di tanah perjanjian itu. mereka bukan hanya melakukan hal itu, mereka juga berbaur dengan mereka dan bahkan mereka menyembah Allah mereka. Bahkan mereka melakukan perkara yang najib di hadapan Allah. Dengan kata lain, ketika mereka melakukan hal-hal ini, ini berarti mereka tidak mentaati perintah Allah yang telah membebaskan mereka.

Bukankah kita seringkali melakukan hal sama dengan Bangsa Israel. Kita seringkali tidak mentaati perintah-perintah Allah di dalam kehidupan kita. Bukankah seringkali kita melawan peraturan-peraturan Allah di dalam kehidupan kita.

Namun, ada kabar gembira untuk kita. Di tengah-tengah ketidaktaatan kita, ketidakpercayaan kita, dan pemberontakan kita, Allah masih mau menunjukkan kasih setianya di dalam kehidupan kita. Walaupun kita kadang-kadang melihat juga bahwa Allah menghukum umat-Nya yang berbuat dosa, namun tindakan itu merupakan bagian dari kesetiaan di dalam kehidupan kita.
Ayat 8 – 11, 44 – 46 menggambarkan kesetiaan Allah di dalam kehidupan. Allah itu setia, termasuk ketika kita mengalami kegagalan. Dia bahkan berkenan untuk mengulurkan tangan-Nya agar kita segera bangkit kembali.

Setiap kali Allah menjatuhkan penghukuman, Dia selalu mempersiapkan jalan untuk memulihkan kembali kehidupan dan hubungan dengan umat-Nya.
Saya dapat menyimpulkan bahwa kasih setia Tuhan jauh lebih besar, dan jauh melampaui ketidak setiaan kita dalam mengiring-Nya.
Jadi mari bapak, ibu, saudara, kita merenungkan kesetiaan Tuhan di dalam kehidupan kita. Di dalam situasi apapun di dalam kehidupan, mari kita tetap percaya, setia, dan taat kepada Allah kita, karena Ia adalah setia. Kesetiaan-Nya melampaui kesetiaan kita. kebaikan-Nya melampaui kebaikan kita.
Mazmur 30:6 Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati. Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.

Selasa, 04 Maret 2008

Memberi

Memberi bukanlah suatu tindakan yang mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Manusia lebih memilih untuk menerima daripada memberi, karena memberi itu memerlukan pengorbanan. Namun Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Di dalam renungan ini, kita akan belajar dari kisah anak kecil yang memberikan makanannya yang sedikit kepada murid Tuhan Yesus, sehingga semua orang yang mendengarkan khotbah Tuhan Yesus tidak lagi merasa kelaparan.

1. Anak kecil dan Tuhan sadar akan kebutuhan yang ada.
Memang di dalam inji Yohanes, yohanes tidak menuliskan perasaan yesus terhadap orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun kalau kita membandingkan cerita yang sama di dalam Injil-Injil yang lain, maka kita mendapatkan bahwa Yesus sangat mempunyai belas kasihan yang sangat dalam terhadap mereka (Mat. 14: 14; Mar 6: 34). Bahkan Yesus menggambarkan mereka seperti domba tanpa gembala (Lk 9: 13). Di Injil yang lain, para murid meminta Yesus untuk menyuruh mereka pergi dan mencari makan. Namun kata Yesus, kamu yang harus memberikan mereka makan. Di dalam teks kita, Yesus sadar akan kebutuhan makan untuk orang banyak ini. Namun murid-Nya, Phipus tidak sadar akan kebutuhan yang mendesak, yaitu orang banyak ini membutuhkan makanan. Dengan kata lain, Philipus dan murid-murid yang lain lebih mementingkan isi perust mereka sendiri daripada kebutuhan yang mendesak dari orang banyak yang mengikuti Yesus. Dengan kata lain, mereka bersifat egois dan tidak peduli terhadap orang lain.
Di dalam teks kitapun, Yohanes menuliskan dengan lebih mendetail mengenai dari mana datangnya lima roti dan 2 ekor ikan. Di dalam injil-injil yang lain, tidak ada keterangan mengenai hal ini. Anak kecil ini sadar bahwa banyak orang yang berada di sana tidak membawa dan mempunyai makanan seperti dia. Kesadarannya akan kebutuhan yang mendesak ini, membuat dia merelakan makanan bagi dirinya sendiri dimakan bersama-sama dengan khalayak ramai pada waktu itu. Dengan kata lain, dia tidak egois. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri. Dia juga sadar bahwa mereka juga membutuhkan makanan.
Bagaimana dengan kita? Apa kita memiliki kesadaran seperti ini? atau kita sedang mengembangkan sikap atau gaya hidup mementingkan diri sendiri. Di tengah-tengah kehidupan yang susah dan morat-marit, banyak orang hanya berfokus kepada kebutuhan dirinya sendiri. Mereka mengejar kepuasan dan kenikmatan hidup. Pada saat yang sama, mereka tidak peka dan sadar bahwa ada banyak orang di sekeliling mereka yang membutuhkan perhatian, nasihat, dan makanan. Pada sore hari ini, firman Allah mengajar kita untuk peka dan sadar akan kebutuhan-kebutuhan orang lain yang ada di sekitar kita. Memang tidak mudah untuk melakukannya, namun kita harus dapat melakukannya.

2. Keadaan ekonomi tidak dapat menjadi tolak ukur kita untuk sadar akan keperluan orang lain.
Lihat anak kecil ini, dari makanan yang dibawa oleh anak kecil ini kita mengetahui bahwa ia bukanlah dari keluarga yang kaya. Ia bukan dari keluarga berada di kelas menengah. Ia bukanlah seorang yang terkenal dan banyak uang. Ia hanya seorang yang berasal dari kelas orang miskin. Lihatlah walaupun ia berasal dari kelas orang miskin, ia sadar akan kebutuhan orang lain. Oleh karena itu, ia memberikan makanannya untuk dibagikan kepada khalayak ramai pada waktu itu. Walaupun ia sadar bahwa jumlah dari makanan yang dibawanya tidak cukup untuk orang yang sedang berkumpul pada waktu itu, ia tetap saja mau dan rela memberikan makanan itu kepada rasul andreas.
Bagaimana dengan kita? kita tidak perlu menjadi kaya terlebih dahulu, untuk memiliki sikap dan gaya hidup yang peka terhadap kebutuhan orang lain di sekeliling kita. Kita tidak perlu mempunyai makanan yang jumlahnya sangat banyak terlebih dahulu, baru setelah itu kita mempunyai sikap yang rela berbagi dengan orang lain. Kita dapat mengembangkan sikap peka terhadap kebutuhan orang lain dan sikap yang mau berbagi dengan orang lain mulai tingkat ekonomi yang kita punyai sekarang ini. Jadi ingat baik-baik: Apapun keadaan ekonomi kita, kita harus dapat mengembangkan sikap peka dan sadar akan kebutuhan orang lain.

3. Kalau kita mengembangkan sikap atau gaya hidup ini, maka kita akan mendapatkan imbalan yang setimpal.
Lihat apa yang terjadi dengan anak kecil ini? Apa yang dia peroleh? Anak kecil ini melihat mujizat yang belum pernah dia melihatnya. Ia melihat dengan lima roti dan 2 ekor ikan, semua orang dapat makan dengan kenyang. Bahkan ia memperoleh kelebihan dari apa yang dia telah persembahkan kepada Tuhan. Ia memperoleh 12 bakul makanan, yang dapat dia bawa pulang untuk keperluan keluarganya. Jadi dari apa yang dia berikan kepada Tuhan Yesus, ia mendapatkan 3 keuntungan. yang pertama: ia melihat mujizat yang besar. Yang kedua: ia mendapatkan 12 bakul untuk dibawa pulang ke rumahnya. Yang ketiga, yang tidak tercantum di dalam alkitab kita, yaitu: Ia menjadi orang yang terkenal. Kenapa? Karena setiap orang yang membaca alkitab pasti akan mengenal dan tahu siapa anak ini.
Bapak/ibu/saudara yang terkasih di dalam Tuhan, sadarlah bahwa apa yang kita berikan kepada sesama dan Tuhan kita dengan hati dan motivasi yang murni, suatu kali pasti akan dikembalikan Tuhan berlibat-lihat kali ganda. Namun terlebih dari berkat-berkat yang berbau jasmani, ada berkat yang luar biasa, yaitu: kita memperkenalkan Tuhan kita kepada orang lain atau kepada khalayak ramai. Melalui pekaan kita dan kepedulian kita terhadap kebutuhan orang lain, kita memperkenalkan siapa jati diri yang mendorong untuk melakukan hal itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jadi marilah kita mengembangkan gaya hidup seperti ini: Sadar dan peka akan kebutuhan orang lain, dalam keadaan ekonomi apapun kita tetap dapat menjadi orang yang peka dan sadar terhadap kebutuhan orang lain, percayalah ada berkat yang menanti kita.

Kamis, 14 Februari 2008

Harga Itu Pantas

Pendahuluan:
1. pada umumnya, ketika kita membeli sesuatu barang, maka kita membandingkan harga barang itu dengan kualitas barang itu. Dengan kata lain, apakah harga itu pantas untuk kualitas barang seperti itu? Kalau kita beranggapan bahwa barang itu pantas, maka kitapun dapat dipastikan akan membelinya. Namun kalau kita beranggapan bahwa itu tidak pantas, maka kita pasti tidak akan mau membelinya.

2. Seorang atlet selalu beranggapan bahwa dia harus juara dalam setiap kejuaraan yang dia ikuti. Oleh karena itu, ia bekerja keras dengan harapan suatu hari kelak dia akan juara dalam setiap kejuaraan. Dia berlatih keras dan berdisplin setiap hari. Dengan kata lain, ia beranggapan bahwa kerja dan berlatih keras adalah harga yang pantas yang ia lakukan agar ia dapat meraih gelar juara. Tidak pernah ada yang juara yang belum pernah membayar harganya. Setiap juara selalu beranggapan bahwa harga itu adalah pantas.

Kalimat pernyataan: Mengikuti panggilan Jesus adalah harga yang sangat mahal atau termahal di dalam dunia.
Kalimat Tanya: Apakah harga – harga tersebut dan apakah harga itu pantas bagi kita?

1. Harga untuk siap menderita (ayat 19 – 20).

Dengan pernyataan ini, Yesus sedang menekan prinsip bahwa mengikuti Tuhan Yesus bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Kalau kita hendak ubah kalimat dari jawaban Yesus, Maka kita mungkin akan mendengar bahwa Yesus berkata seperti ini:

a. Hai Ahli Taurat, sebelum engkau mengikuti Aku, hendaklah engkau menyadari apa yang engkau lakukan.

b. Hai Ahli Taurat, sebelum engkau mengikuti Aku, hendaklah engkau menyadari betapa mahal harga yang harus engkau bayar.
  • Dengan jawaban ini, Yesus hendak mengatakan bahwa jalan itu tidak mudah dan gampang.
  • Dengan jawaban itu, Yesus tidak menginginkan adanya pengikut yang hanya terseret oleh emosi yang kuat yang hanya bersifat sementara.
  • Yesus tidak menginginkan pengikut yang hangat – hangat tahi ayam, mudah terkobar semangatnya dan mudah juga segera padam.
  • Namun, Yesus menginginkan agar para pengikut-Nya benar – benar menyadari bahwa harga itu mahal adanya. Yesus selalu berbicara mengenai salib. Para orang – orang ternama selalu mencoba membunuh Yesus. Para orang – orang ternama juga selalu menghina dan mengumpat Yesus. Oleh karena betapa berat beban itu, Yesus mengatakan kepada murid – murid-Nya bahwa mereka yang siap menderita.

Sadhu Sundar Singh menjadi saksi bahwa Dia rela menderita untuk Yesus. Ayahnya mengusirnya dari rumah. Bukan hanya itu, ayahnya memberikan minuman yang berisi racun yang mematikan kepadanya.

Paulus juga menjadi saksi yang menyatakan bahwa dalam mengikuti Yesus, ia harus menghadapi banyak tantangan. Tantangan dari orang yahudi sendiri. Dia pernah disiksa. Dia pernah dilempar batu sampai mati.

Bagaimana dengan kita?
Kita yang ada di tempat adalah orang – orang yang telah meresponi panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Namun sadarilah, jalan itu tidak mudah. Jalan itu membutuhkan pengorbanan. Respon itu membutuhkan ketabahan dan kesabaran. Mungkin dalam menanggapi respon ini, kita harus terpisah dari keluarga. Mungkin dalam menjalani panggilan ini, kita harus meninggalkan teman – teman kita yang terbaik. Sadarilah bahwa jalan itu tidak mudah dan gampang.

2. Panggilan itu memerlukan komitment yang lebih tinggi dari komitment yang lain

Dalam cerita orang yahudi, kalimat ini “Ikutlah Aku dan biarlah orang – orang mati menguburkan orang – orang mati,” bukanlah kalimat yang kasar dan pedas. Kalimat ini berasal dari peribahasa orang Ibrani: “Seperti membiarkan orang mati menguburkan orang mati.” Artinya adalah perbuatan itu berarti perbuatan yang sangat tidak bertanggung jawab, sebab dalam masyarakat Yahudi mengurus pemakaman merupakan tanggung jawab kepada keluarga dan komunitas. Melakukan pemakaman secara baik dinilai sangat penting. Tidak ada anak dalam masyarakat Yahudi yang akan menelantarkan pemakaman orangtuanya. Sebagai komunitas Yahudi, Tuhan Yesus tahu betul adat yang berlaku dalam hal ini: penguburan orang meninggal adalah perkara yang sangat penting.

Lalu disini Tuhan Yesus berkata: “Ikutlah aku, biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Maksud-Nya: menguburkan orang mati adalah tindakan yang sangat penting dan mengikuti Yesus adalah lebih penting dari yang terpenting yang ada di dalam di dunia ini

Berjalan di belakang Yesus memang merupakan keputusan yang sangat menentukan dan perbuatan yang akan mempengaruhi seluruh kehidupan kita. Mengikut Yesus adalah lebih luhur dari apa yang selama ini kita hargai sebagai yang paling luhur, yaitu menghormati orangtua, dan mencintai keluarga kita. Mengikut Yesus meminta komitment dan kesungguhan melebihi segala komitment dan kesungguhan yang sedang kita jalan selama ini.
Namun yang menjadi pertanyaan: apakah harga itu pantas? Harga itu adalah pantas, karena ayat – ayat sebelum dari perikop ini menggambarkan siapa Yesus yang kita layani:

a. Dia, Tuhan yang berkuasa kuasa penyakit (8: 1 – 4; 5 – 13; 14 – 17; 9: 1 – 8; 14 – 17; 18 – 26; 27 – 31; 32 – 34)
b. Dia, Tuhan yang kemampuan-Nya melampaui kuasa alam semesta (8: 23 – 27)
c. Dia, Tuhan yang memiliki kuasa lebih besar dan lebih dashyat dari kuasa setan (8: 28 – 34)
d. Dia, Tuhan yang mempunyai belas kasihan kepada umat manusia (9: 35 – 36)

Matius, penulis beranggapan bahwa harga itu pantas karena pada pasal 9: 9 – 13, Matius menjadi pengikut Yesus.

Bagaimana dengan kita?
  • Mungkin diantara yang beranggapan bahwa harga itu terlalu berat dan tidak layak. Namun pada pagi hari ini, saya hendak mengatakan bahwa harga itu pantas.
  • Mungkin pada pagi hari, ada juga yang beranggapan bahwa panggilan itu terlalu hina dan tidak layak untuk dijalani, tetapi saya ingin mengatakan bahwa panggilan itu adalah panggilan yang termulia dari termulia yang ada didunia ini. panggilan itu adalah panggilan yang teragung dari yang teragung yang ada di dunia ini.
  • Mungkin di antara kita, ada yang menyesal karena telah memberikan kehidupan ini kepada Tuhan, tetapi saya ingin mengatakan dibalik harga yang mahal itu adalah mahkota untuk kita.
  • Berjalan di belakang Yesus berkonsekuensi meninggalkan banyak hal yang lama, namun di lain pihak kita akan menerima banyak hal yang baru

Kata – kata hikmat di Indosiar: kalau pekerjaan itu layak dikerjakan, mari kita kerjakan pekerjaan itu. Hal mengikuti Yesus dan hal meresponi panggilan itu adalah pekerjaan yang lebih layak dari pekerjaan yang layak ada di dunia ini, oleh karena itu mari kita kerjakan pekerjaan itu.

Aku takkan melupakan kasih setia-Mu
Aku takkan meninggalkan panggilan-Mu, Tuhan
Terlalu mulia
Oh Sungguh berharga
Menjadi Hamba Sang Pencipta
Oh Sungguh Mulia.

Senin, 11 Februari 2008

Kebahagian yang sejati

Albert Camus berkata: apa kepuasan dan kebahagian manusia adalah pertanyaan yang paling mendesak.

Viktor E. Frankl: perjuangan untuk menemukan makna hidup dan kebahagian di dalam dunia ini merupakan motivator utama manusia untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian.

Viktor E. Frankl: manusia bisa hidup atau mati demi meraih kebahagian dan makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia rela mengorbankan apa pun, yang dia miliki hanya untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan di dalam hidup ini.

Thomas H. Naylor “manusia modern sedang bergulat dalam pencarian makna hidup & kebahagian di dalam hidup ini. Pencarian ini melibatkan pergulatan dengan apa artinya menjadi manusia yang hidup, mencintai, bekerja, bermain, menderita, dan mati. Walaupun sulit, pencarian ini mendorong setiap manusia untuk turun dari tempat tidurnya setiap pagi dan menghadapi hari baru dengan semua ketidakpastian, untuk mengubah nasib menjadi takdir, untuk membuat kehidupan lebih merupakan petualangan dan bukannya hidup yang membosankan

Para ilmuwan sosial di universitas Johns Hopkins melakukan survei statistik terhadap 7.948 mahasiswa dari 48 perguruan tinggi. Salah satu pertanyaan dari angket itu adalah: “apa yang sangat penting bagi mereka saat ini? 16%-mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. 78% bahwa sasaran hidup mereka adalah “menemukan kenikmatan, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam dunia ini.

Yang menjadi pertanyaan: di dalam apa manusia dapat menemukan kebahagian, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam hidup ini?

Pengkhotbah 2: 24 – 26

1. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasaan hidup yang sejati di dalam kemampuan hikmat (1:12-18; 2:12-16).

Bagian ini menggambarkan anggapan pengkhobah bahwa dia dapat menemukan makna hidup di dalam kemampuan hikmatnya yang luar biasa. Ayat 16..Si pengkhotbah berkomitmen untuk mengejar hikmat, ia berpikir bahwa di dalam hikmatlah, dia dapat menemukan makna hidup dan menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. mungkin sekali, pada waktu muda ia ingat akan nasihat gurunya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia memerlukan kerja keras dan penderitaan. Namun, setelah dia melewati semua proses itu, dia menemukan bahwa dia tidak dapat menemukan kebahagian di dalam hikmat itu sendiri. Mungkin dengan menjadi orang berhikmat, dia dapat menjawab semua pertanyaan di dalam hidup. Namun, yang dia temui adalah tidak ada kenikmatan atau kepuasan di dalam hikmat, karena ada banyak pertanyaan di dalam hidup ini yang tidak dapat dijawab dengan kemampuan hikmatnya. Bahkan yang lebih tragis, akhir ia menyadari bahwa ada kelebihan antara orang berhikmat & orang bodoh. Orang bodoh & orang berhikmat juga akan mengalami kematian. orang-orang yang kemudian juga akan melupakan orang bodoh & orang berhikmat. Kenyataan hidup ini menyadarkan pengkhotbah bahwa manusia tidak dapat menemukan kebahagian, kenikmatan, & kepuasan yang sejati di dalam hikmat & kepandaiannya sendiri.

Bapak/ibu dan saudara-saudara, bagaimana dengan kita? sejak abad pertengahan sampai sekarang, manusia selalu mengagung-agungkan akal budi atau rasio manusia. Seringkali kita berpikir bahwa segala sesuatu dapat dijawab dan diselesaikan oleh rasio kita. kita mengagung-agungkan kepintaraan & hikmat kita untuk menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. Bahkan pada masa sekarang ini, anak-anak dari kecil, mereka tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk bermain, karena orangtua mereka mengatur jam ini les ini, jam itu les itu. saya pikir latar belakang dari semua itu adalah supaya anak mereka kelak akan mempunyai kemampuan akal yang baik. Atau kalau saya diijinkan untuk memperpanjang aplikasi ini: apa pelayanan kita sekarang ini dibangun atas rasio dan kepintaran kita? kita menggandalkan kepintaran atau hikmat manusia di dalam pelayanan kita. Namun, pada pagi ini pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hikmat, kepintaran & rasio manusia itu terbatas adanya dan kita tidak akan pernah dapat menemukan kenikmatan , kepuasan, & kebahagiaan yang sejati di dalamnya.

2. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kesenangan dan kemewahan hidup (2: 1-11).

Pada Bagian ini, pengkhotbah menguraikan kesenangan & kemewahan yang dia miliki (4-10). Pengkhotbah pasti berpikir bahwa dia pasti akan menemukan kebahagian & kepuasan di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dia miliki. Namun di akhir hidupnya, pengkhotbah menemukan bahwa di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dimilikinya, dia tidak menemukan kebahagian, kepuasan, & kesenangan yang sejati.

Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang kaya, karena mereka berpikir bahwa di dalam kekayaan itu, mereka akan menemukan kebahagian di dalam hidup ini. bahkan untuk menjadi orang yang kaya, mereka rela mengorban apapun yang mereka miliki.

3. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kerja kerasnya (2: 17-23).

Setelah menguji hikmat & kesenangan serta kemewahan hidup, ternyata manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan. Sekarang pengkhotbah mengalihkan fokus kepada sesuatu yang memang dipunyai oleh manusia, yaitu kerja keras. Dari kecil, dia diberi tahu oleh guru-guru hikmatnya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia harus mau menderita dan kerja keras. Dia berpikir bahwa dengan kerja keras, dia dapat mempunyai kebahagian yang sejati. Namun, ketika dia sudah tua dan hampir mati, dia harus menyerahkan semua hasil kerja keras kepada orang lain, yang mungkin tidak andil di dalam hasil kerja kerasnya.

Pada masa sekarang yang serba sulit & tidak menentu, banyak orang memperhamba dirinya kepada pekerjaannya. Mereka memenuhi hari-harinya dengan kerja keras. Bahkan banyak orang ketika memasuki masa pensiun mereka bingung & banyak di antara mereka tidak mau pensiun, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang yang tidak berguna lagi.

Kalau begitu, di dalam apa manusia akan memperoleh kepuasan yang sejati?

4. manusia akan menemukan kebahagian, kesukacitaan, kepuasan yang sejati hanya di dalam Tuhan itu sendiri.

Setelah membahas bahwa di dalam hikmat, kesenangan hidup & kerja keras, manusia tidak pernah dapat memperoleh kenikmatan yang sejati. Akhirnya, si pengkhotbah sadar bahwa kenikmatan & kepuasan hidup yang sejati, hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan itu sendiri.

Pengkhotbah menyadarikan kita bahwa bahwa hikmat itu penting, namun tanpa menyertakan Tuhan di dalamnya, manusia tidak akan pernah memperoleh kepuasan hidup. Pengkhotbah menginsafkan kita bahwa kesenangan & kemewahan dapat itu wajar, namun tanpa ada Tuhan didalamnya, hal itu menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak ada artinya. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa kerja keras itu perlu dan baik bagi manusia, namun tanpa menyadari bahwa Tuhan juga ada di sana, maka hal itu seperti usaha menjaring angin. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa membaca buku itu baik, mengerjakan paper itu bagus, menulis laporan baca itu perlu, dan persiapan mengajar itu baik, namun tanpa ada Tuhan di dalamnya, semuanya itu akan menjadi hal yang biasa-biasa saja & membosankan.

Oleh karena itu, bapak-ibu & saudara-saudara yang dikasihi di dalam Tuhan, Sertakanlah Tuhan didalam setiap aspek kehidupan manusia, maka hidup itu akan menjadi penuh arti & tidak membosankan. Sertakan Tuhan didalam setiap kemonotonan hidup ini, maka kita juga akan mendapat kebahagiaan.