Kamis, 09 Oktober 2008

Mari Bersaksi

Pendahuluan
Cerita Chinese kuno: Wang Li, seorang murid yang miskin, tidak dapat membeli sebuah mangkok nasi sekalipun. Untuk beberapa hari ia berjalan berkeling dengan perut yang lapar. Suatu hari, tuan yang mempunyai kedai the berkata kepada Wang Li, "engkau boleh makan di kedai rumahku setiap hari." Wang Li menjawab, "tetapi saya tidak dapat membayarnya." Pemilik kedai berkata "saya tahu, tetapi jangan takut. Saya yang akan membayarnya." Hari lepas hari, minggu lepas minggu, Wang Li makan di kedai the tersebut. Namun pada suatu hari, Wang Li hendak meninggalkan kota itu, lalu ia berkata "saya tidak dapat membayar semua makanan yang telah saya makan, tetapi saya akan memberi bapak sesuatu yang sangat special." Wang Li mengambar sebuah gambar dari seekor burung bangau yang indah yang beraada di atas tembok. Kemudain Wang Li berkata kepada pemilik kedai teh tersebut, "bapak, burung bangau ini akan membuat engkau kaya." Ketika semua tamumu sedang duduk bersama, minta mereka untuk bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Setelah itu, burung bangau akan berjalan ke luar dari tembok dan menari. Namun, ingat, hanya ketika mereka (orang banyak) menyaksikan bersama-sama. Jika engkau mengijinkan hanya satu orang saja yang menikmatinya, maka burung bangau itu tidak akan menari lagi."
Kemudian Wang Li meninggalkan kota itu. Dengan cepat sekali, berita mengenai gambar burung bangau yang dapat menari diketahui oleh setiap orang yang ada di kota itu. Banyak orang datang untuk menyaksikan keajaiban itu. Dalam sekejap pemilik kedai the menjadi seorang jutawan yang baru. Namun pada suatu hari, kedai teh kedatangan seorang tamu yang sangat kaya. Tamu ini berkata kepada pemilik kedai teh tersebut, "saya hendak menonton gambar burung bangau tersebut, tetapi saya hanya mau menonton itu sendiri." Pada mulanya, pemilik ini berkata tidak, namun setelah terjadi perdebatan yang sangat sengit, saudagar kaya ini, mengeluarkan sejumlah yang sangat besar dan berkata, "kalau engkau mengijinkan saya menyaksikan pertunjukan itu sendiri, uang ini akan menjadi milikmu semuanya."
Pemilik kedai tersebut merasa tergoda, walaupun dalam pikiran keinginan itu berdebat dengan perkataan Wang Li. Namun ia mengambil kesimpulan untuk memberi kesempatan itu kepada saudagar kaya. Lalu pemilik kedai the meminta pelanggan yang lain untuk keluar. Setelah saudagar kaya itu bersiap - siap untuk menonton. Lalu ia menepuk tangannya sebanyak tiga kali, apa yang terjadi? (minta respon dari pendengar?) burung bangau dengan muka yang muram mengoyang - goyang kepala dan melihat sekelilingnya. "Di mana penonton yang lain? Di mana anak laki-laki dan perempuan yang ingin tahu, yang menonton dengan saya dengan sukacita, mata yang lebar, dan mulut yang terbuka?" kata burung bangau. Saudagar merasa tidak sabar untuk menyaksikan pertunjukan itu, lalu ia bertepuk tangan 3 kali, Apa yang terjadi? Dengan ragu - ragu, burung itu keluar lagi, berjalan berkeliling, lalu burung itu berdiri seperti sebuah patung. Pada sore hari itu, Wang Li kembali ke kota itu. Dengan gembira, ia hendak segera bertemu dengan Si pemilik kedai teh dan melihat gambar burung bangau itu. Lalu patung burung bangau itu bergerak dan berjalan ke arah Wang Li, kemudian kedua - keduanya menghilang pada sore hari itu.
Pesan Cerita: kebahagian itu harus dibagikan kepada orang lain. Jika kita memeliharanya hanya untuk diri kita sendiri, maka kebahagian itu akan lenyap.
Bukankah hal yang sama dengan apa yang harus kita perbuat untuk kristus. Kita telah memperoleh keselamatan itu. Keselamatan itu membuat kita bahagia. Oleh karena itu, kita harus bersaksi/berbagi/menceritakan keselamatan itu kepada orang lain. Masih banyak orang yang belum mendengar mengenai Yesus, sang penyelamat kita.
Pada pagi hari ini, saya akan membahas mengenai konsep dari bersaksi. Mari kita buka Injil Matius 28: 18 - 20.
1. Bersaksi bukanlah suatu paksaan melainkan suatu keharusan yang harus kita lakukan
pada ayat 19, Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya yang adalah saksi hidup dari peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus.
Injil Markus 16: 15, Yesus memberi perintah kepada murid - murid-Nya untuk menjadi saksi yang mengabarkan kabar baik itu.
Dalam Ibrani pasal 2: 3 - 4 menggambarkan Tuhan sendiri telah bersaksi mengenai keselamatan itu.
Kalau kita melihat Kisah para Rasul 1: 8 dengan jelas mengatakan bahwa mereka adalah saksi yang akan menyaksi kabar baik itu ke seluruh dunia.
Kisah Para Rasul 8: 1 - 4, jelas - jelas menggambarkan bahwa walaupun dalam situasi yang sukar dan sulit, semua orang percaya tanpa kecuali bersaksi mengenai kabar baik kepada orang lain.
Yang menjadi pertanyaan, Kenapa para rasul dan gereja mula - mula mempunyai semangat untuk bersaksi? Karena mereka beranggapan bahwa ini adalah tugas yang harus dijalankan dan bukan suatu beban. Mereka beranggapan bahwa Tuhan yang memberikan mandat ini kepada mereka. Mari saudara-saudara sadarilah, bersaksi bukanlah suatu paksaan melainkan suatu tugas dan kewajiban yang harus kita lakukan, karena Tuhan yang telah memerintahkan kita untuk melakukan misi ini.
Billy Graham mengatakan bahwa 90% dari para anggota gereja sekarang tidak membagikan pengalamannya atau bersaksi kepada orang lain. Bukankah ini fakta yang sangat menyedihkan?
Danny Daniel mengatakan bahwa dua pertiga dari gereja - gereja injili tidak menawarkan kesempatan praktek penginjilan kepada para anggotanya. Dengan kata lain, dua pertiga dari gereja - gereja injili itu tidak juga mendorong jemaatnya untuk bersaksi.
2. Bersaksi memerlukan tindakan yang nyata
Kalau kita melihat pada ayat 19, jelas sekali bahwa goal dari Amanat Agung adalah menjadikan semua bangsa murid-Ku. Sebelum kita dapat menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya, kita harus mengambil suatu tindakan yang nyata, yaitu, menjadi saksi yang memberitakan kabar baik ini kepada orang lain. Jika kita tidak pernah mengambil tindakan untuk bersaksi, jangan berharap misi ini akan tercapai. Misi ini akan tercapai jika kita mengambil tindakan nyata untuk bersaksi mengenai kabar baik ini kepada orang lain yang belum kenal Tuhan secara pribadi.
malam misi international di APTS diberi tema :Mission cry (tangisan Misi): if not now, when? If not us, who? (jika bukan sekarang, kapan? Jika bukan kita, siapa?). Dengan kata lain, tema itu mengatakan: untuk menjadikan semua orang Indonesia menjadi milik Kristus, kita harus mengambil keputusan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada orang - orang yang belum kenal Tuhan secara pribadi
mengambil tindakan bukan hanya berarti kita bersaksi dengan menggunakan kata - kata saja, tetapi kita juga dapat menggunakan gaya hidup sebagai alat untuk bersaksi. Kita dipanggil untuk bersaksi, yaitu dengan memperlihatkan gaya hidup Kristus dalam gaya hidup kita.
Di GSJA Cimahi, ada seorang wanita Tua yang bernama Ibu Yul (sekarang telah duduk dipangkuan Bapak di Surga). Ibu ini adalah ibu yang dipakai Tuhan untuk bersaksi kepada keluarga saya. Dia tinggal di tempat yang cukup jauh dari rumah saya, tetapi setiap sore hari dia selalu datang ke rumah saya dan bersaksi mengenai kristus). Selain itu, Gereja Cimahi mempunyai cabang SM dan POS PI di Gunung Bohong. Untuk pergi ke sana, bukanlah perjalanan yang mudah. Dia harus berjalan kaki selama kurang lebih 45 menit untuk sampai di tempat tersebut. Melalui pelayanannya, banyak orang dimenangkan bagi Tuhan. Bukan hanya itu saja, di gereja pusat dia selalu yang menghampiri jemaat baru. Jika dia bertemu dengan jemaat lain, dia selalu menanyakan keadaan mereka. Pada waktu dia meninggal dunia, semua orang yang hadir dalam acara pemakamannya merasa kehilangan yang sangat besar. Dia telah merancang sebuah baju untuk acara natal, namun dia belum sempat mengenakannya. Semua orang meminta penjahit untuk mengerjakan pakaian dengan cepat, karena banyak orang ingin memberikan penghargaan itu untuknya. Jemaat gereja mengenakan baju itu kepadanya sebagai tanda penghormatan terakhir yang dapat mereka berikan kepadanya. Kehilangan itu terasa ketika hari minggu tiba, jemaat tidak lagi melihat ada orang yang menghampiri jiwa baru. Tidak ada lagi orang yang selalu menanyakan bagaimana kabarmu? Tidak ada lagi orang yang selalu memberikan cium pipi kepada anak - anak yang pernah dididiknya? Sadarilah: Bersaksi menuntut suatu tindakan yang nyata
3. Dalam bersaksi, kita adalah patner kerja Allah (ayat 18 dan 20, Kisah para rasul 1:8)
Dalam teks - teks ini, kita menemukan bahwa kita adalah patner Allah. Allah tidak membiarkan kita sendiri untuk menjalankan proyek keselamatan ini.
ayat 18 mengatakan bahwa Dia yang memegang kekuasaan di surga dan di bumi.
Ayat 20 menyatakan bahwa Dia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman.
Kisah Para Rasul 1: 8 mengatakan bahwa Orang percaya akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun di atas kita.
Ibrani 2: 3- 4 (walaupun konteksnya berbeda, Namun di sana tersirat bahwa Allah turut bekerja untuk membantu para rekan-rekannya agar rekan - rekannya dapat menyelesaikan proyek ini. jadi saudara ketahuilah bahwa kita tidak sendiri dalam menyelesaikan proyek keselamatan ini, karena Allah bekerja bersama - sama dengan kita.
Bersaksi adalah soal kerja sama kita dengan Allah
Bersaksi adalah soal kita dimampukan oleh Allah
Bersaksi bukan sekedar soal kecakapan kita sendiri, melainkan kecakapan yang berdasarkan kesediaan kita dipakai oleh Tuhan.
Jadi mari kita menjadi pelaku - pelaku dari proyek keselamatan ini. kita akan menjadi agent - agent dari proyek ini kalau kita mengambil tindakan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada orang - orang yang belum pernah mendengarnya.

Minggu, 05 Oktober 2008

The Good leader

Pendahuluan
Kita seringkali berpikir dan berimajinasi untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil dan punya banyak pengikut. Di dunia post moderen ini, banyak orang juga mempunyai cita-cita dan harapan yang sama dengan kita. ada banyak bukti untuk mendukung argument ini, seperti: banyak terbitnya buku mengenai kepemimpinan yang sukses dan berhasil, buku-buku psikologi yang mendorong dan merangsang untuk menjadi orang pemimpin yang sukses dan yang terakhir adalah banyak organisasi yang mendadakan seminar mengenai kepemimpinan yang sukses dan berhasil.
Oleh karena itu, berdasarkan data di atas, kita akan melihat kepemimpinan yang berhasil dari segi alkitabiah. Kita akan menemukan banyak prinsip kepemimpinan di dalam alkitab. Dalam paper ini, kita hanya akan berfokus di dalam kitab Hakim-Hakim.

Visi
Pemimpin yang berhasil sangat memerlukan visi. Jika kita melihat Kitab Hakim-Hakim, maka kita akan menemukan bahwa setiap pemimpin selalu mempunyai visi. Kalau kita hendak mengamati lebih teliti lagi, maka kita akan menyimpulkan bahwa pemberi visi itu adalah Allah sendiri (Hakim 3:9, 15; 4:6; 6:7, 14; 13:3, 14: 4, dll.). Memang kita tidak menemukan secara langsung di dalam Kitab Hakim-Hakim bahwa Allah memberikan visi kepada hakim-hakim, tetapi kita menemukan secara jelas bahwa setelah Allah mendengar seruan dari Bangsa Israel, Allah membangkitkan seorang pemimpin atau penyelamatan untuk membebaskan Bangsa ini. Jadi frasa “Allah yang membangkitkan seorang pemimpin atau penyelamatan” berarti juga bahwa Allah memilih dan memberi visi yang jelas kepada hakim-hakim tersebut, yaitu membebaskan Bangsa ini dari negara jajahan dan membawa Bangsa Israel kembali kepada Tuhan.

Ketaatan kepada Perintah Tuhan atau Komitmen kepada Tuhan
Pemimpin yang berhasil harus menunjukkan ketaatannya kepada semua perintah Tuhan. Di dalam kitab hakim-hakim, kita menemukan pemimpin-pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memperlihatkan ketaatan mereka kepada perintah Tuhan atau komitmen mereka kepada Tuhan, walaupun perintah itu kadang-kadang tidak masuk akal. Gideon adalah pemimpin yang sukses dan berhasil. Ia menunjukkan ketaatannya ketika ia harus berperang melawan Bangsa Midian hanya dengan membawa 300 orang (Hakim-Hakim 7). Debora dan Barak juga adalah pemimpin sukses. Ia memperlihatkan ketaatan kepada Allah ketika mereka maju berperang melawan Bangsa Kanaan (Hakim-Hakim 4). Hasil dari ketaatan mereka atau komitmen mereka, Allah membuat mereka menjadi pemimpin yang berhasil.

Memberikan Kemuliaan Kepada Allah
Dalam Kitab Hakim-Hakim, kita menemukan suatu sikap pemimpin yang layak dan patut ditiru, yaitu: mereka memberikan keberhasilan kepemimpinan kepada Tuhan semata-mata. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah sumber keberhasilan mereka. Mereka mengatakan demikian, karena mereka melihat sendiri bahwa yang berperang sebenarnya adalah Allah dan bukan mereka. Dalam Hakim-Hakim 8: 23, walaupun dengan kata yang berbeda, Gideon mengembalikan segala kemuliaan, keharuman, dan keberhasilannya kepada Tuhan. Dalam Hakim-Hakim 5: 1-31, Debora menyanyikan lagu yang isinya berisikan pengagungan kepada Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kemenangan kepada mereka. Dengan kata lain, dari kedua tokoh hakim ini, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka mengembalikan keberhasilan mereka kepada Tuhan, karena mereka melihat bahwa Allah sendiri adalah tokoh dibalik keberhasilan mereka.

Diperlengkapi oleh Roh Kudus
Kita selalu menemukan frasa Roh Allah menghinggapi dia atau berkuasa Roh Tuhan atas dia di dalam kitab Hakim-hakim (3:10; 11:29; 14: 19). Para penafsir setuju kedua frasa dapat diartikan sama dengan baptisan Roh Kudus bagi orang percaya di dalam Perjanjian, karena setelah mereka dihinggapi oleh Allah, mereka dimampukan oleh Allah untuk melakukan hal-hal yang besar. Seperti halnya para rasul di dalam Buku Kisah Para Rasul. Jadi di dalam Kitab Hakim-Hakim, kita dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang sukses dan berhasil adalah seorang pemimpin yang mengijinkan Roh Allah berkuasa di dalam dirinya.

Sifat yang Bertobat atau Sifat mau Bangkit dari Kegagalan
Kehidupan Simson memberikan contoh teladan bagi pemimpin masa kini. Di dalam Kitab ini, kita menemukan bahwa Simson berhasil bangkit kembali dari kegagalannya. Dengan kata lain, seorang pemimpin dapat mengalami kegagalan. Namun yang membedakan pemimpin yang berhasil dan sukses dengan yang tidak berhasil adalah apakah mereka mampu dari keterpurukan atau kegagalan di dalam kehidupannya?

Menyadari Kelemahan Pribadi
Kalau kita meneliti kitab ini, kita akan menemukan secara tidak langsung kitab ini memberikan wejangan untuk mengetahui apa kelemahan pribadi kita masing-masing. Dengan kata lain, kitab ini menyatakan seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang yang mampu mengenali kelemahan-kelemahan pribadinya sendiri. Kitab ini memberikan contoh pemimpin yang tidak berhasil mengenali kelemahan, seperti: Simson tidak menyadari kelemahannya terhadap wanita (Hakim 13-16). Gideon tidak mengenali kekurangan mengenai harta (Hakim 8). Dampak dari sikap ini, akhirnya membawa akhir yang kurang menyenangkan di dalam era kepemimpinan mereka. Emas yang dikumpulkan oleh Gideon menyebabkan Bangsa Israel berbalik dari Allah (13: 27). Wanita yang cantik dan menawan akhirnya membuat Simson kehilangan kekuatannya dan mati secara tragis dan menyedihkan (Hakim 16). Jadi pemimpin yang berhasil harus mengenali kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Aplikasi di Masa Sekarang
Prinsip kepemimpinan pertama yang dapat kita peroleh dari Kitab ini adalah seorang pemimpin memerlukan visi. Tanpa visi yang jelas, maka seorang pemimpin tidak akan memimpin dengan baik karena dia tidak tahu mau dibawa kemana pengikutnya? George Barna mengatakan demikian “adanya visi dan penyampaian serta penyebarluasan visi oleh para pemimpin kepada anggota jemaat menghasilkan suatu mata rantai pertumbuhan jemaat secara kualitas (rohani) dan kuantitas.” “Jika jemaat mengenali visi dan bergabung dengan gembala untuk mewujudkan visi tersebut, hal tersebut akan memberdayakan gereja menuju suatu tujuan bersama. Pada akhirnya visi tersebut mendapatkan kekuatan guna memacu pencapaian hasil akhir yang besar dan luar biasa” menurut Jerry C. Wofford. John C. Maxwell mengatakan
visi adalah segala-segalanya bagi seorang pemimpin. Visi itu benar-benar tidak tergantikan karena visilah yang memimpin para pemimpin. Visi melukiskan sasarannya. Visi memicu serta membakar semangat dan mendorong pemimpin untuk maju. Visi juga merupakan pemicu orang lain untuk menjadi pengikut dari pemimpin tersebut. Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi takkan ke mana-mana. Paling banter, ia akan berlari di tempat.
Selain itu, kitab Hakim-Hakim memberitahukan kepada kita bahwa sumber visi itu adalah Allah sendiri. George Barna juga mendukung pendapat ini. Ia mengatakan visi itu mempunyai tiga aspek yaitu kenali diri sendiri, pelajari lingkungan anda, dan kenali Allah…Pemimpin Kristen di dalam kehidupan dan pelayanannya telah memberikan suatu kesimpulan bahwa tidak akan pernah dapat menemukan visi tanpa mengenal lebih dulu Si Pemberi visi, yang tidak lain adalah Allah. Di buku yang lain, Barna juga mengatakan
visi sejati berasal dari Tuhan. Bila kita secara pribadi memunculkan suatu visi tentang masa depan, visi kita ini bisa keliru, kurang dan terbatas; visi Tuhanlah yang sempurna dalam segala hal. Hanya Dia yang tahu apa yang terbaik untuk kita; hanya Dia yang cukup memperhatikan kita sehingga Dia memanggil para pemimpin ke depan dan menanamkan visi-Nya di dalam diri mereka demi kepentingan semua pihak.
Prinsip kedua adalah seorang pemimpin yang berhasil harus menunjukkan ketaatan kepada perintah Allah atau komitmen kepada Tuhan. George Barna mengatakan bahwa “seorang pemimpin yang berhasil hanyalah seorang serdadu yang mendapat perintah untuk melaksanakan tugas. Pekerjaan saya adalah hadir setiap hari, siap bekerja, dan mematuhi pengarahan yang diberikan-Nya.” John R. Mott mengatakan bahwa yang membedakan pemimpin besar dan berhasil dengan pemimpin yang tidak berhasil adalah ketaatan dan komitmen mereka kepada Tuhan. Dengan kata lain, ia mengatakan bahwa dengan ketaatan dan komitmen yang mutlak kepada Allah, maka seorang pemimpin akan melihat perkara-perkara besar terjadi di dalam era kepemimpinannya.
Prinsip yang ketiga adalah seorang pemimpin yang sukses mengatakan bahwa Allah adalah sumber keberhasilannya. Dengan kata lain, ia mengembalikan keberhasilannya kepada Allah. Setiap pemimpin tidak mudah untuk melakukan hal ini, karena setiap pemimpin hendak diakui kehebatan dan kesuksesannya. Dengan kata lain, seorang pemimpin selalu punya kecenderungan untuk mengatakan bahwa keberhasilan dan kesuksesan ini karena saya. Selain itu, Ia juga mengatakan “Allah ada di balik semua keberhasilan seorang pemimpin. Jadi betapa luar biasa kehormatan yang kita terima selama memimpin untuk memuliakan Tuhan.
Prinsip yang keempat adalah seorang pemimpin yang besar adalah seorang pemimpin yang mau bangkit dari kegagalannya. Yang membedakan pemimpin yang berhasil dengan yang tidak sukses adalah bagaimana pemimpin tersebut mengambil sikap terhadap kegagalan di dalam karier kepemimpinannya. Froude mengatakan bahwa sukses atau tidak seorang pemimpin tidak dilihat dari satu kegagalan saja, tetapi dilihat dari keseluruhan hidupnya. Respon seorang pemimpin terhadap kegagalan akan menentukan apa karier kepemimpinannya akan selesai sampai di sini atau akan bertahan dan sukses sampai pada masa akhir hidupnya. Sander mengatakan bahwa pertobatan yang mendalam dan kenyataan kasih kepada Kristus, bahkan telah membuka kembali kesempatan ke arah pelayanan yang lebih luas dan besar…suatu penyelidikan terhadap tokoh-tokoh Alkitab menyatakan bahwa sebagian besar orang yang membuat sejarah adalah orang-orang yang gagal dalam beberapa bidang, dan sebagian lagi gagal secara drastic, tetapi mereka tidak mau terus berbaring dalam debu. Kegagalan dan pertobatan mereka menjamin adanya satu konsep mengenai kasih karunia Allah yang lebih luas.
Prinsip yang kelima adalah pemimpin yang diurapi oleh Roh Kudus atau pemimpin yang dimampukan oleh Roh Kudus. Setiap pemimpin Kristen harus memiliki kriteria ini. Dengan kata lain, inilah adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen. Sander mengatakan “kepemimpinan rohani hanya dapat dilakukan oleh orang yang penuh dengan Roh. Memang sifat-sifat lain untuk kepemimpinan rohani juga diperlukan, tetapi syarat ini adalah syarat pertama dan mutlak harus ada di dalam setiap pemimpinan rohani.” Bahkan Sanders berani menambahkan, “betapapun cerdasnya seseorang secara akal, betapapun mampunya ia untuk menjadi pemimpin, tetapi tanpa perlengkapan yang terpenting ini, ia tidak akan dapat menjadi seorang pemimpin rohani yang sejati.”
Prinsip yang keenam adalah pemimpin yang menyadari kelemahannya. Dengan mengetahui dan menyadari kelemahannya masing-masing, maka pemimpin selalu sadar dan berjaga-jaga, sehingga kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Jay A. Conger mengatakan salah satu masalah yang dapat membuat seorang pemimpin kharimatik tidak berhasil adalah kegagalan menyadari kekurangannya. Seperti telah tertulis pada bagian sebelumnya, Barna mengemukakan tiga element dari suatu visi, yaitu kenali diri sendiri, kenali lingkungan dan kenali Allah. Di dalam bagian kenali diri anda sering, seorang pemimpin diminta untuk benar-benar mengoreksi dan mengenali apa kelebihannya, apa kelemahannya, apa karunia yang dimilikinya, apakah dia orang yang emosional, dll. Dengan kata lain, kalau kita mengenali dan mengetahui kekurangan dan kelemahan kita, maka kita telah mempunyai satu aspek atau segi untuk menjadi pemimpin yang berhasil.
Jadi di dalam Kitab Hakim-Hakim, kita menemukan enam prinsip kepemimpinan yang dapat diterapkan di dalam kehidupan di masa sekarang. Keenam prinsip itu adalah seorang pemimpin harus mempunyai visi, seorang yang diurapi oleh Tuhan, seorang yang mengenali dan mengetahui kekurangannya, seorang yang mau bangkit dari kegagalannya, seorang yang penuh dengan komitmen dan seorang yang menyadari bahwa sumber keberhasilannya adalah Allah sendiri.

Kamis, 02 Oktober 2008

Belajar dari Binatang

Nama binatang seringkali digunakan untuk mewakili karakter/gaya hidup manusia. Contohnya: ular seringkali menggambarkan kelicikan manusia; kancil seringkali mendeskripsikan kecerdikan manusia; Babi juga acapkali digunakan untuk menggambarkan sifat malas dari manusia; keledai seringkali disama dengan kebodohan yang dimiliki oleh manusia; kuda seringkali digunakan untuk menggambarkan kekuatan manusia.
Di dalam kebudayaan orang-orang cinapun, kita menemukan suatu kebudayaan untuk menghubungkan manusia dengan binatang. Ada orang yang lahir pada tahun ayam, pada umumnya orangnya akan rajin. Ada orang yang lahir pada tahun babi, pada umumnya orangnya akan bersifat malas. Bahkan mereka juga seringkali menyamakan Tahun binatang tersebut sebagai berkat, contohnya: waktu Tahun "Naga Emas" banyak orang-orang cina hendak mempunyai anak lagi, karena mereka percaya siapa yang lahir pada tahun itu akan menjadi orang yang kaya dan sukses.
Amsal 10: 26; 13: 4; 15:19; 18:9; 19:15; 22:13; 26:13, 14,16. Dalam kitab Amsal, kita melihat perbandingan antara orang malas dengan orang rajin. Pd pasal 10: 26, pemalas digambarkan seperti cuka bagi mulut dan asap bagi mata. Jadi orang malas adalah sesuatu yg tidak berguna. Ps 26: 14 memberikan karakteristik yg berbeda mengenai orang malas. Ps 26: 13, jg menggambarkan orang malas yg suka berbohong atau omong besar utk menutupi kemalasannya. Ps 26: 16, org malas yg suka berhayal dan bermimpi, sehingga menimbulkan kesan bahwa dia begitu pintar dan bijaksana.
Pd pagi hari ini, kita harus merendahkan hati dan belajar dari binatang-bintang yg mungkin dalam pemikiran kita tidak mempunyai kelebihan sama sekali. Mari kita melihat Kitab Amsal 6: 6 - 11.
Semut mengajarkan kita untuk hidup dalam komunitas/kerja sama/tahu fungsinya masing-masing (ayat 7)
Semut mempunyai dua lambung. Ketika mereka mencari makan, mereka mengisi kedua lambungnya sampai penuh. Lambung yg satu untuk dirinya sendiri dan lambung yang lainnya untuk sesamanya. Ketika seekor semut menemukan makanan dan ia tidak mampu membawanya, ia akan memanggil teman-temannya untuk menolongnya membawa makanan tersebut. Bukan itu saja, di dalam dunia semutpun sudah ada pembagian kerja. Semut-semut yang berbadan besar akan mencari makan, semut-semut yang berbadan sdg akan menjadi serdadu/tentara, semut-semut yg berbadan kecil bertugas untuk memberi makan bayi-bayi semut. Dr semua ini kita belajar banyak, bahwa kita harus hidup di dalam komunitas, saling kerja sama, saling memperdulikan sesama, dan pada saat yg sama, kita juga menjalan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kita masing-masing. Bagaimana dengan kita? Sebagai tubuh kristus, apa kita sdh saling peduli satu dengan yng lain? Apa kita saling memperhatikan satu dengan yang lain? Atau malah kita saling cuek dan tidak peduli akan apa yang terjadi dengan saudara-saudara kita? Sebagai jemaat tuhan, apakah kita sdh melakukan bagian-bagian kita? Sudah kita menjalankan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kita sebagai tubuh kristus, shg org di luar sana dapat melihat kemuliaan Tuhan di dalam gereja dan melalui kebersamaan kita.
Kita hrs Mempersiapkan masa depan kita (ayat 8)
Semut selalu merencanakan masa depannya. Mereka tidak hanya berpikir untuk hidup hari ini saja, tetapi pada saat yang sama mereka juga berpikir mengenai kelangsungan hidup pada masa depan mereka. Teks kita menuliskan bahwa semut mempersiapkan makanan pada musim panas/panen, karena mereka tahu ada saat di musim salju, mereka tidak dapat keluar dan mencari makan. Bagaimana dengan kita? Terkadang kita, yang disebut mahkluk ciptaan Tuhan yang paling pintar dan berhikmat seringkali tidak pernah berpikir mengenai masa depan kita, bahkan tidak merencanakan masa depan kita. Bahkan mungkin kita seringkali beralibi: bukankah Tuhan yang memegang masa depan kita. Jadi buat apa kita takut dan ragu lagi mengenai masa depan kita. Namun pada pagi hari ini, saya ingin menekan sesuatu: Walaupun kita tahu dan percaya bahwa Tuhan memegang masa depan kita, kita tetap harus berpikir, merancang dan mempersiapkan masa depan kita. John Maxwell pernah berkata: ketika kita gagal membuat suatu perencanaan, itu berarti kita telah merancangkan kegagalan untuk masa depan kita.

Semut mengajarkan Kita untuk tidak boleh menunda pekerjaan/kewajiban/tugas kita
Semut tidak pernah menunda pekerjaan. Kalau kita menghancurkan sarang/rumah semut pada hari ini, maka pada hari ini juga dia akan membangun rumahnya. Bukankah seringkali tingkah laku kita berlawanan dengan sifat semut ini. kita seringkali menunda pekerjaan kita/tugas/kewajiban kita.

Semut mengajarkan kita untuk memiliki kehidupan yang digerakkan oleh tujuan
semut selalu dimotivasi/digerakan oleh tujuannya. Motivasi yg mendorong semut adalah makanan. Semut akan selalu mencari makanan untuk mempertahakan kelangsungan hidupnya. Betapun sulitnya, mereka akan mencoba untuk mendapatkannya. Kalau diseberang aliran air ada makanan, maka mereka membuat saluran/terowongan dibawah aliran air tersebut. Kalau diseberang sungai sana ada makanan, keadaan itu tidak menghambat semut untuk mendapatkannya, mereka akan menggerakan batu dan mereka akan menggantungkan diri mereka di sana, sehingga mrk akan tiba di seberang sungai tersebut. Bukankah kita seharusnya lebih berhikmat drpd semut. Kalau semut hanya dimotivasikan oleh makanan. Kita dimotivasi dengan tujuan yg lebih tinggi dan bermakna kekal, yaitu memuliakan Tuhan.

Aku berdoa supaya aku tidak menangis waktu aku kalah...."

"Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut. Amin.... Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya. Amsal 15:23 Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Amsal 16:24 Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Amsal 17:27 (http://www.ilustrasi khotbah.com)
Tuhan,Ajari aku berjalan dalam kehendak Mu,
Ajari aku melangkah dalam pimpinan Mu,
Ajari aku menjalani Hari-Hari bersama dengan Mu,
Tuhan... Aku tak tahu jalan ini, bila mana aku berjalan, di sekeliling Ku penuh dengan kegelapan, Ku perlu pimpinan tangan Mu, untuk Ku bisa melangkah Dan berjalan Dan tahu arah tujuan yang pasti.
Tuhan...aku sering terjatuh kerana batu-batu yang tak Ku lihat kerana kegelapan ini, sakitnya luka itu
Tuhan...namun tangan Mu menarik Ku lalu membersihkan lukaku serta membalutnya.
Tuhan...aku sudah tidak kuat lagi, aku tidak bisa melihat di dalam kegelapan ini.Betapa banyaknya luka-luka mengarungi perjalanan ini, bekas luka-luka yang lama berdarah kembali karena kerikil-kerikil yang tajam ini.
Aku tersungkur....tanpa Ku sadari air Mata membasahi kedua belah pipi Ku...Ku coba bangkit Dan melangkah namun aku tidak mampu...
Tuhan...masih jauhkah perjalanan hidup ini? Aku sudah tidak kuat lagi Tuhan. Tuhan.....aku berteriak bersama dengan tangisanku.
Tiba-tiba....Ku dengar suara lembut Dan sayu berbisik didalam hatiKu...."inilah sebuah perjalanan hidup, terkadang engkau akan jatuh Dan bangkit, jatuh Dan bangkit Dan jatuh lagi sehingga luka-luka lama mu akan berdarah kembali....
Lihat, meskipun disekeliling mu penuh dengan kegelapan namun kamu tidak tahu sebenarnya di hadapan mu itu Ada terang yang menanti, Aku membawamu ke tempat yang gelap ini dengan maksud Dan tujuan tertentu."
"Maksud Dan tujuan ?".... Aku coba mengulanginya.Lalu suara itu melanjutkan, "ya sebuah maksud dan tujuan yang terbaik bagi mu..Dan masa depanmu.
Kamu tidak bisa berjalan dalam kegelapan ini tanpa uluran tangan Ku, lihat kerikil yang tajam itu Aku telah arungi di Golgota bersama dengan beban yang berat Dan Aku telah menang .... ""Tiada seorangpun yang sanggup mengulurkan tangan ketika Aku jatuh Dan berdarah", kataNya dengan lembut....."Perhatikanlah ketika kau jatuh, Aku Ada bersama dengan mu, tangan Ku senantiasa terulur untuk membantu Dan menopangmu, sebenarnya....
kerikil tajam itu membuat engkau lebih bersandar lagi kepada Ku Dan menggengam erat tangan Ku, bahwa kau sebenarnya tidak bisa berjalan dengan kekuatanmu sendiri....Aku adalah Tuhan yang tidak pernah melakukan kesilapan Dan kesalahan dalam hidup mu. Aku senantiasa memberi yang terbaik Dan bukan kedua terbaik bagimu, Meski jalan di depanmu adalah suram Dan gelap yang kau sangat tidak senangi, tapi yakinlah bahwa.....Aku akan menggendongmu terus sampai selamanya, dari rahim ibu mu Aku telah memilihmu... Dan sampai putih rambutmu pun Aku adalah Tuhan yang akan tetap menjagamu melindungimu bahkan sampai selama-lamanya.""Tuhan..." aku coba bersuara...tetapi suara itu melanjutkan lagi, "ketahuilah dalam kelemahan Dan air matamu kuasa Ku menjadi sempurna atasmu."Aku menangis mendengarnya aku tak sanggup mengungkapkan perasaan Ku hanya air Mataku menetes yang memberi jawaban atas semuanya.Teman....bila semua itu berlaku pada dirimu, itu akan membuatkanmu untuk bersandar penuh kepada-Nya karana sebenarnya diluar Tuhan Kita tidak bisa berbuat apa-apa.
~ Elia Stories

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan!

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Tuhan sudah menghitung airmatamu.
Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon...
Tuhan selalu berada disampingmu.
Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Tuhan punya jawabannya.
Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.
Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
Tuhan telah memberkatimu.
Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Tuhan telah tersenyum padamu.
Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.
Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap... TUHAN TAHU (http://www.ilustrasi khotbah.com)

Mulailah Memberi

Bila tak seorangpun berbelas kasihan pada kesulitan kita atau tidak ada orang yang menghargai keberhasilan kita, atau jika tak seorangpun mau mendengar, memandang, memperhatikan kita, maka janganlah terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke dalam hati.
Manusia memang selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. mereka seringkali hanya mendahulukan kepentingan mereka sendiri. kita juga tak perlu memasukkan hal atau sikap seperti itu ke dalam hati, sebab akan menyesakkan dan membebani langkah kita.
Ringankan saja hidup ini dengan cara memberi sesuatu kepada orang lain. Semakin banyak anda memberi, semakin mudah kita memikul beban hidup ini. Berdirilah di depan jendela dan pandanglah keluar, kemudian tanyakan pada diri kita sendiri: apakah yang bisa kita lakukan kepada dunia ini. sebab, pasti ada sesuatu mengapa kita hadir di sini dan bukan untuk merengek atau meminta supaya dunia menyanjung kita, bukan?
Keberadaan kita bukan untuk sebuah kesia-siaan. Ingatlah, bahwa seekor cacing dihidupkan Tuhan untuk menggemburkan tanah dan sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung. Alangkah hebatnya kita dengan segala kekuatan yang kita miliki untuk bisa mengubah dunia. Namun itu bisa terwujud bila kita berani mulai memberi.(www. air hidup.com)