Kamis, 14 Februari 2008

Harga Itu Pantas

Pendahuluan:
1. pada umumnya, ketika kita membeli sesuatu barang, maka kita membandingkan harga barang itu dengan kualitas barang itu. Dengan kata lain, apakah harga itu pantas untuk kualitas barang seperti itu? Kalau kita beranggapan bahwa barang itu pantas, maka kitapun dapat dipastikan akan membelinya. Namun kalau kita beranggapan bahwa itu tidak pantas, maka kita pasti tidak akan mau membelinya.

2. Seorang atlet selalu beranggapan bahwa dia harus juara dalam setiap kejuaraan yang dia ikuti. Oleh karena itu, ia bekerja keras dengan harapan suatu hari kelak dia akan juara dalam setiap kejuaraan. Dia berlatih keras dan berdisplin setiap hari. Dengan kata lain, ia beranggapan bahwa kerja dan berlatih keras adalah harga yang pantas yang ia lakukan agar ia dapat meraih gelar juara. Tidak pernah ada yang juara yang belum pernah membayar harganya. Setiap juara selalu beranggapan bahwa harga itu adalah pantas.

Kalimat pernyataan: Mengikuti panggilan Jesus adalah harga yang sangat mahal atau termahal di dalam dunia.
Kalimat Tanya: Apakah harga – harga tersebut dan apakah harga itu pantas bagi kita?

1. Harga untuk siap menderita (ayat 19 – 20).

Dengan pernyataan ini, Yesus sedang menekan prinsip bahwa mengikuti Tuhan Yesus bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Kalau kita hendak ubah kalimat dari jawaban Yesus, Maka kita mungkin akan mendengar bahwa Yesus berkata seperti ini:

a. Hai Ahli Taurat, sebelum engkau mengikuti Aku, hendaklah engkau menyadari apa yang engkau lakukan.

b. Hai Ahli Taurat, sebelum engkau mengikuti Aku, hendaklah engkau menyadari betapa mahal harga yang harus engkau bayar.
  • Dengan jawaban ini, Yesus hendak mengatakan bahwa jalan itu tidak mudah dan gampang.
  • Dengan jawaban itu, Yesus tidak menginginkan adanya pengikut yang hanya terseret oleh emosi yang kuat yang hanya bersifat sementara.
  • Yesus tidak menginginkan pengikut yang hangat – hangat tahi ayam, mudah terkobar semangatnya dan mudah juga segera padam.
  • Namun, Yesus menginginkan agar para pengikut-Nya benar – benar menyadari bahwa harga itu mahal adanya. Yesus selalu berbicara mengenai salib. Para orang – orang ternama selalu mencoba membunuh Yesus. Para orang – orang ternama juga selalu menghina dan mengumpat Yesus. Oleh karena betapa berat beban itu, Yesus mengatakan kepada murid – murid-Nya bahwa mereka yang siap menderita.

Sadhu Sundar Singh menjadi saksi bahwa Dia rela menderita untuk Yesus. Ayahnya mengusirnya dari rumah. Bukan hanya itu, ayahnya memberikan minuman yang berisi racun yang mematikan kepadanya.

Paulus juga menjadi saksi yang menyatakan bahwa dalam mengikuti Yesus, ia harus menghadapi banyak tantangan. Tantangan dari orang yahudi sendiri. Dia pernah disiksa. Dia pernah dilempar batu sampai mati.

Bagaimana dengan kita?
Kita yang ada di tempat adalah orang – orang yang telah meresponi panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Namun sadarilah, jalan itu tidak mudah. Jalan itu membutuhkan pengorbanan. Respon itu membutuhkan ketabahan dan kesabaran. Mungkin dalam menanggapi respon ini, kita harus terpisah dari keluarga. Mungkin dalam menjalani panggilan ini, kita harus meninggalkan teman – teman kita yang terbaik. Sadarilah bahwa jalan itu tidak mudah dan gampang.

2. Panggilan itu memerlukan komitment yang lebih tinggi dari komitment yang lain

Dalam cerita orang yahudi, kalimat ini “Ikutlah Aku dan biarlah orang – orang mati menguburkan orang – orang mati,” bukanlah kalimat yang kasar dan pedas. Kalimat ini berasal dari peribahasa orang Ibrani: “Seperti membiarkan orang mati menguburkan orang mati.” Artinya adalah perbuatan itu berarti perbuatan yang sangat tidak bertanggung jawab, sebab dalam masyarakat Yahudi mengurus pemakaman merupakan tanggung jawab kepada keluarga dan komunitas. Melakukan pemakaman secara baik dinilai sangat penting. Tidak ada anak dalam masyarakat Yahudi yang akan menelantarkan pemakaman orangtuanya. Sebagai komunitas Yahudi, Tuhan Yesus tahu betul adat yang berlaku dalam hal ini: penguburan orang meninggal adalah perkara yang sangat penting.

Lalu disini Tuhan Yesus berkata: “Ikutlah aku, biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Maksud-Nya: menguburkan orang mati adalah tindakan yang sangat penting dan mengikuti Yesus adalah lebih penting dari yang terpenting yang ada di dalam di dunia ini

Berjalan di belakang Yesus memang merupakan keputusan yang sangat menentukan dan perbuatan yang akan mempengaruhi seluruh kehidupan kita. Mengikut Yesus adalah lebih luhur dari apa yang selama ini kita hargai sebagai yang paling luhur, yaitu menghormati orangtua, dan mencintai keluarga kita. Mengikut Yesus meminta komitment dan kesungguhan melebihi segala komitment dan kesungguhan yang sedang kita jalan selama ini.
Namun yang menjadi pertanyaan: apakah harga itu pantas? Harga itu adalah pantas, karena ayat – ayat sebelum dari perikop ini menggambarkan siapa Yesus yang kita layani:

a. Dia, Tuhan yang berkuasa kuasa penyakit (8: 1 – 4; 5 – 13; 14 – 17; 9: 1 – 8; 14 – 17; 18 – 26; 27 – 31; 32 – 34)
b. Dia, Tuhan yang kemampuan-Nya melampaui kuasa alam semesta (8: 23 – 27)
c. Dia, Tuhan yang memiliki kuasa lebih besar dan lebih dashyat dari kuasa setan (8: 28 – 34)
d. Dia, Tuhan yang mempunyai belas kasihan kepada umat manusia (9: 35 – 36)

Matius, penulis beranggapan bahwa harga itu pantas karena pada pasal 9: 9 – 13, Matius menjadi pengikut Yesus.

Bagaimana dengan kita?
  • Mungkin diantara yang beranggapan bahwa harga itu terlalu berat dan tidak layak. Namun pada pagi hari ini, saya hendak mengatakan bahwa harga itu pantas.
  • Mungkin pada pagi hari, ada juga yang beranggapan bahwa panggilan itu terlalu hina dan tidak layak untuk dijalani, tetapi saya ingin mengatakan bahwa panggilan itu adalah panggilan yang termulia dari termulia yang ada didunia ini. panggilan itu adalah panggilan yang teragung dari yang teragung yang ada di dunia ini.
  • Mungkin di antara kita, ada yang menyesal karena telah memberikan kehidupan ini kepada Tuhan, tetapi saya ingin mengatakan dibalik harga yang mahal itu adalah mahkota untuk kita.
  • Berjalan di belakang Yesus berkonsekuensi meninggalkan banyak hal yang lama, namun di lain pihak kita akan menerima banyak hal yang baru

Kata – kata hikmat di Indosiar: kalau pekerjaan itu layak dikerjakan, mari kita kerjakan pekerjaan itu. Hal mengikuti Yesus dan hal meresponi panggilan itu adalah pekerjaan yang lebih layak dari pekerjaan yang layak ada di dunia ini, oleh karena itu mari kita kerjakan pekerjaan itu.

Aku takkan melupakan kasih setia-Mu
Aku takkan meninggalkan panggilan-Mu, Tuhan
Terlalu mulia
Oh Sungguh berharga
Menjadi Hamba Sang Pencipta
Oh Sungguh Mulia.

Senin, 11 Februari 2008

Kebahagian yang sejati

Albert Camus berkata: apa kepuasan dan kebahagian manusia adalah pertanyaan yang paling mendesak.

Viktor E. Frankl: perjuangan untuk menemukan makna hidup dan kebahagian di dalam dunia ini merupakan motivator utama manusia untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian.

Viktor E. Frankl: manusia bisa hidup atau mati demi meraih kebahagian dan makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia rela mengorbankan apa pun, yang dia miliki hanya untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan di dalam hidup ini.

Thomas H. Naylor “manusia modern sedang bergulat dalam pencarian makna hidup & kebahagian di dalam hidup ini. Pencarian ini melibatkan pergulatan dengan apa artinya menjadi manusia yang hidup, mencintai, bekerja, bermain, menderita, dan mati. Walaupun sulit, pencarian ini mendorong setiap manusia untuk turun dari tempat tidurnya setiap pagi dan menghadapi hari baru dengan semua ketidakpastian, untuk mengubah nasib menjadi takdir, untuk membuat kehidupan lebih merupakan petualangan dan bukannya hidup yang membosankan

Para ilmuwan sosial di universitas Johns Hopkins melakukan survei statistik terhadap 7.948 mahasiswa dari 48 perguruan tinggi. Salah satu pertanyaan dari angket itu adalah: “apa yang sangat penting bagi mereka saat ini? 16%-mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. 78% bahwa sasaran hidup mereka adalah “menemukan kenikmatan, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam dunia ini.

Yang menjadi pertanyaan: di dalam apa manusia dapat menemukan kebahagian, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam hidup ini?

Pengkhotbah 2: 24 – 26

1. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasaan hidup yang sejati di dalam kemampuan hikmat (1:12-18; 2:12-16).

Bagian ini menggambarkan anggapan pengkhobah bahwa dia dapat menemukan makna hidup di dalam kemampuan hikmatnya yang luar biasa. Ayat 16..Si pengkhotbah berkomitmen untuk mengejar hikmat, ia berpikir bahwa di dalam hikmatlah, dia dapat menemukan makna hidup dan menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. mungkin sekali, pada waktu muda ia ingat akan nasihat gurunya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia memerlukan kerja keras dan penderitaan. Namun, setelah dia melewati semua proses itu, dia menemukan bahwa dia tidak dapat menemukan kebahagian di dalam hikmat itu sendiri. Mungkin dengan menjadi orang berhikmat, dia dapat menjawab semua pertanyaan di dalam hidup. Namun, yang dia temui adalah tidak ada kenikmatan atau kepuasan di dalam hikmat, karena ada banyak pertanyaan di dalam hidup ini yang tidak dapat dijawab dengan kemampuan hikmatnya. Bahkan yang lebih tragis, akhir ia menyadari bahwa ada kelebihan antara orang berhikmat & orang bodoh. Orang bodoh & orang berhikmat juga akan mengalami kematian. orang-orang yang kemudian juga akan melupakan orang bodoh & orang berhikmat. Kenyataan hidup ini menyadarkan pengkhotbah bahwa manusia tidak dapat menemukan kebahagian, kenikmatan, & kepuasan yang sejati di dalam hikmat & kepandaiannya sendiri.

Bapak/ibu dan saudara-saudara, bagaimana dengan kita? sejak abad pertengahan sampai sekarang, manusia selalu mengagung-agungkan akal budi atau rasio manusia. Seringkali kita berpikir bahwa segala sesuatu dapat dijawab dan diselesaikan oleh rasio kita. kita mengagung-agungkan kepintaraan & hikmat kita untuk menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. Bahkan pada masa sekarang ini, anak-anak dari kecil, mereka tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk bermain, karena orangtua mereka mengatur jam ini les ini, jam itu les itu. saya pikir latar belakang dari semua itu adalah supaya anak mereka kelak akan mempunyai kemampuan akal yang baik. Atau kalau saya diijinkan untuk memperpanjang aplikasi ini: apa pelayanan kita sekarang ini dibangun atas rasio dan kepintaran kita? kita menggandalkan kepintaran atau hikmat manusia di dalam pelayanan kita. Namun, pada pagi ini pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hikmat, kepintaran & rasio manusia itu terbatas adanya dan kita tidak akan pernah dapat menemukan kenikmatan , kepuasan, & kebahagiaan yang sejati di dalamnya.

2. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kesenangan dan kemewahan hidup (2: 1-11).

Pada Bagian ini, pengkhotbah menguraikan kesenangan & kemewahan yang dia miliki (4-10). Pengkhotbah pasti berpikir bahwa dia pasti akan menemukan kebahagian & kepuasan di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dia miliki. Namun di akhir hidupnya, pengkhotbah menemukan bahwa di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dimilikinya, dia tidak menemukan kebahagian, kepuasan, & kesenangan yang sejati.

Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang kaya, karena mereka berpikir bahwa di dalam kekayaan itu, mereka akan menemukan kebahagian di dalam hidup ini. bahkan untuk menjadi orang yang kaya, mereka rela mengorban apapun yang mereka miliki.

3. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kerja kerasnya (2: 17-23).

Setelah menguji hikmat & kesenangan serta kemewahan hidup, ternyata manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan. Sekarang pengkhotbah mengalihkan fokus kepada sesuatu yang memang dipunyai oleh manusia, yaitu kerja keras. Dari kecil, dia diberi tahu oleh guru-guru hikmatnya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia harus mau menderita dan kerja keras. Dia berpikir bahwa dengan kerja keras, dia dapat mempunyai kebahagian yang sejati. Namun, ketika dia sudah tua dan hampir mati, dia harus menyerahkan semua hasil kerja keras kepada orang lain, yang mungkin tidak andil di dalam hasil kerja kerasnya.

Pada masa sekarang yang serba sulit & tidak menentu, banyak orang memperhamba dirinya kepada pekerjaannya. Mereka memenuhi hari-harinya dengan kerja keras. Bahkan banyak orang ketika memasuki masa pensiun mereka bingung & banyak di antara mereka tidak mau pensiun, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang yang tidak berguna lagi.

Kalau begitu, di dalam apa manusia akan memperoleh kepuasan yang sejati?

4. manusia akan menemukan kebahagian, kesukacitaan, kepuasan yang sejati hanya di dalam Tuhan itu sendiri.

Setelah membahas bahwa di dalam hikmat, kesenangan hidup & kerja keras, manusia tidak pernah dapat memperoleh kenikmatan yang sejati. Akhirnya, si pengkhotbah sadar bahwa kenikmatan & kepuasan hidup yang sejati, hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan itu sendiri.

Pengkhotbah menyadarikan kita bahwa bahwa hikmat itu penting, namun tanpa menyertakan Tuhan di dalamnya, manusia tidak akan pernah memperoleh kepuasan hidup. Pengkhotbah menginsafkan kita bahwa kesenangan & kemewahan dapat itu wajar, namun tanpa ada Tuhan didalamnya, hal itu menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak ada artinya. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa kerja keras itu perlu dan baik bagi manusia, namun tanpa menyadari bahwa Tuhan juga ada di sana, maka hal itu seperti usaha menjaring angin. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa membaca buku itu baik, mengerjakan paper itu bagus, menulis laporan baca itu perlu, dan persiapan mengajar itu baik, namun tanpa ada Tuhan di dalamnya, semuanya itu akan menjadi hal yang biasa-biasa saja & membosankan.

Oleh karena itu, bapak-ibu & saudara-saudara yang dikasihi di dalam Tuhan, Sertakanlah Tuhan didalam setiap aspek kehidupan manusia, maka hidup itu akan menjadi penuh arti & tidak membosankan. Sertakan Tuhan didalam setiap kemonotonan hidup ini, maka kita juga akan mendapat kebahagiaan.