Albert Camus berkata: apa kepuasan dan kebahagian manusia adalah pertanyaan yang paling mendesak.
Viktor E. Frankl: perjuangan untuk menemukan makna hidup dan kebahagian di dalam dunia ini merupakan motivator utama manusia untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian.
Viktor E. Frankl: manusia bisa hidup atau mati demi meraih kebahagian dan makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia rela mengorbankan apa pun, yang dia miliki hanya untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan di dalam hidup ini.
Thomas H. Naylor “manusia modern sedang bergulat dalam pencarian makna hidup & kebahagian di dalam hidup ini. Pencarian ini melibatkan pergulatan dengan apa artinya menjadi manusia yang hidup, mencintai, bekerja, bermain, menderita, dan mati. Walaupun sulit, pencarian ini mendorong setiap manusia untuk turun dari tempat tidurnya setiap pagi dan menghadapi hari baru dengan semua ketidakpastian, untuk mengubah nasib menjadi takdir, untuk membuat kehidupan lebih merupakan petualangan dan bukannya hidup yang membosankan
Para ilmuwan sosial di universitas Johns Hopkins melakukan survei statistik terhadap 7.948 mahasiswa dari 48 perguruan tinggi. Salah satu pertanyaan dari angket itu adalah: “apa yang sangat penting bagi mereka saat ini? 16%-mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. 78% bahwa sasaran hidup mereka adalah “menemukan kenikmatan, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam dunia ini.
Yang menjadi pertanyaan: di dalam apa manusia dapat menemukan kebahagian, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam hidup ini?
Pengkhotbah 2: 24 – 26
1. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasaan hidup yang sejati di dalam kemampuan hikmat (1:12-18; 2:12-16).
Bagian ini menggambarkan anggapan pengkhobah bahwa dia dapat menemukan makna hidup di dalam kemampuan hikmatnya yang luar biasa. Ayat 16..Si pengkhotbah berkomitmen untuk mengejar hikmat, ia berpikir bahwa di dalam hikmatlah, dia dapat menemukan makna hidup dan menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. mungkin sekali, pada waktu muda ia ingat akan nasihat gurunya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia memerlukan kerja keras dan penderitaan. Namun, setelah dia melewati semua proses itu, dia menemukan bahwa dia tidak dapat menemukan kebahagian di dalam hikmat itu sendiri. Mungkin dengan menjadi orang berhikmat, dia dapat menjawab semua pertanyaan di dalam hidup. Namun, yang dia temui adalah tidak ada kenikmatan atau kepuasan di dalam hikmat, karena ada banyak pertanyaan di dalam hidup ini yang tidak dapat dijawab dengan kemampuan hikmatnya. Bahkan yang lebih tragis, akhir ia menyadari bahwa ada kelebihan antara orang berhikmat & orang bodoh. Orang bodoh & orang berhikmat juga akan mengalami kematian. orang-orang yang kemudian juga akan melupakan orang bodoh & orang berhikmat. Kenyataan hidup ini menyadarkan pengkhotbah bahwa manusia tidak dapat menemukan kebahagian, kenikmatan, & kepuasan yang sejati di dalam hikmat & kepandaiannya sendiri.
Bapak/ibu dan saudara-saudara, bagaimana dengan kita? sejak abad pertengahan sampai sekarang, manusia selalu mengagung-agungkan akal budi atau rasio manusia. Seringkali kita berpikir bahwa segala sesuatu dapat dijawab dan diselesaikan oleh rasio kita. kita mengagung-agungkan kepintaraan & hikmat kita untuk menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. Bahkan pada masa sekarang ini, anak-anak dari kecil, mereka tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk bermain, karena orangtua mereka mengatur jam ini les ini, jam itu les itu. saya pikir latar belakang dari semua itu adalah supaya anak mereka kelak akan mempunyai kemampuan akal yang baik. Atau kalau saya diijinkan untuk memperpanjang aplikasi ini: apa pelayanan kita sekarang ini dibangun atas rasio dan kepintaran kita? kita menggandalkan kepintaran atau hikmat manusia di dalam pelayanan kita. Namun, pada pagi ini pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hikmat, kepintaran & rasio manusia itu terbatas adanya dan kita tidak akan pernah dapat menemukan kenikmatan , kepuasan, & kebahagiaan yang sejati di dalamnya.
2. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kesenangan dan kemewahan hidup (2: 1-11).
Pada Bagian ini, pengkhotbah menguraikan kesenangan & kemewahan yang dia miliki (4-10). Pengkhotbah pasti berpikir bahwa dia pasti akan menemukan kebahagian & kepuasan di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dia miliki. Namun di akhir hidupnya, pengkhotbah menemukan bahwa di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dimilikinya, dia tidak menemukan kebahagian, kepuasan, & kesenangan yang sejati.
Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang kaya, karena mereka berpikir bahwa di dalam kekayaan itu, mereka akan menemukan kebahagian di dalam hidup ini. bahkan untuk menjadi orang yang kaya, mereka rela mengorban apapun yang mereka miliki.
3. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kerja kerasnya (2: 17-23).
Setelah menguji hikmat & kesenangan serta kemewahan hidup, ternyata manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan. Sekarang pengkhotbah mengalihkan fokus kepada sesuatu yang memang dipunyai oleh manusia, yaitu kerja keras. Dari kecil, dia diberi tahu oleh guru-guru hikmatnya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia harus mau menderita dan kerja keras. Dia berpikir bahwa dengan kerja keras, dia dapat mempunyai kebahagian yang sejati. Namun, ketika dia sudah tua dan hampir mati, dia harus menyerahkan semua hasil kerja keras kepada orang lain, yang mungkin tidak andil di dalam hasil kerja kerasnya.
Pada masa sekarang yang serba sulit & tidak menentu, banyak orang memperhamba dirinya kepada pekerjaannya. Mereka memenuhi hari-harinya dengan kerja keras. Bahkan banyak orang ketika memasuki masa pensiun mereka bingung & banyak di antara mereka tidak mau pensiun, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang yang tidak berguna lagi.
Kalau begitu, di dalam apa manusia akan memperoleh kepuasan yang sejati?
4. manusia akan menemukan kebahagian, kesukacitaan, kepuasan yang sejati hanya di dalam Tuhan itu sendiri.
Setelah membahas bahwa di dalam hikmat, kesenangan hidup & kerja keras, manusia tidak pernah dapat memperoleh kenikmatan yang sejati. Akhirnya, si pengkhotbah sadar bahwa kenikmatan & kepuasan hidup yang sejati, hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan itu sendiri.
Pengkhotbah menyadarikan kita bahwa bahwa hikmat itu penting, namun tanpa menyertakan Tuhan di dalamnya, manusia tidak akan pernah memperoleh kepuasan hidup. Pengkhotbah menginsafkan kita bahwa kesenangan & kemewahan dapat itu wajar, namun tanpa ada Tuhan didalamnya, hal itu menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak ada artinya. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa kerja keras itu perlu dan baik bagi manusia, namun tanpa menyadari bahwa Tuhan juga ada di sana, maka hal itu seperti usaha menjaring angin. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa membaca buku itu baik, mengerjakan paper itu bagus, menulis laporan baca itu perlu, dan persiapan mengajar itu baik, namun tanpa ada Tuhan di dalamnya, semuanya itu akan menjadi hal yang biasa-biasa saja & membosankan.
Oleh karena itu, bapak-ibu & saudara-saudara yang dikasihi di dalam Tuhan, Sertakanlah Tuhan didalam setiap aspek kehidupan manusia, maka hidup itu akan menjadi penuh arti & tidak membosankan. Sertakan Tuhan didalam setiap kemonotonan hidup ini, maka kita juga akan mendapat kebahagiaan.
Viktor E. Frankl: perjuangan untuk menemukan makna hidup dan kebahagian di dalam dunia ini merupakan motivator utama manusia untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian.
Viktor E. Frankl: manusia bisa hidup atau mati demi meraih kebahagian dan makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia rela mengorbankan apa pun, yang dia miliki hanya untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan di dalam hidup ini.
Thomas H. Naylor “manusia modern sedang bergulat dalam pencarian makna hidup & kebahagian di dalam hidup ini. Pencarian ini melibatkan pergulatan dengan apa artinya menjadi manusia yang hidup, mencintai, bekerja, bermain, menderita, dan mati. Walaupun sulit, pencarian ini mendorong setiap manusia untuk turun dari tempat tidurnya setiap pagi dan menghadapi hari baru dengan semua ketidakpastian, untuk mengubah nasib menjadi takdir, untuk membuat kehidupan lebih merupakan petualangan dan bukannya hidup yang membosankan
Para ilmuwan sosial di universitas Johns Hopkins melakukan survei statistik terhadap 7.948 mahasiswa dari 48 perguruan tinggi. Salah satu pertanyaan dari angket itu adalah: “apa yang sangat penting bagi mereka saat ini? 16%-mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. 78% bahwa sasaran hidup mereka adalah “menemukan kenikmatan, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam dunia ini.
Yang menjadi pertanyaan: di dalam apa manusia dapat menemukan kebahagian, kepuasan, & kebahagian yang sejati di dalam hidup ini?
Pengkhotbah 2: 24 – 26
1. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasaan hidup yang sejati di dalam kemampuan hikmat (1:12-18; 2:12-16).
Bagian ini menggambarkan anggapan pengkhobah bahwa dia dapat menemukan makna hidup di dalam kemampuan hikmatnya yang luar biasa. Ayat 16..Si pengkhotbah berkomitmen untuk mengejar hikmat, ia berpikir bahwa di dalam hikmatlah, dia dapat menemukan makna hidup dan menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. mungkin sekali, pada waktu muda ia ingat akan nasihat gurunya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia memerlukan kerja keras dan penderitaan. Namun, setelah dia melewati semua proses itu, dia menemukan bahwa dia tidak dapat menemukan kebahagian di dalam hikmat itu sendiri. Mungkin dengan menjadi orang berhikmat, dia dapat menjawab semua pertanyaan di dalam hidup. Namun, yang dia temui adalah tidak ada kenikmatan atau kepuasan di dalam hikmat, karena ada banyak pertanyaan di dalam hidup ini yang tidak dapat dijawab dengan kemampuan hikmatnya. Bahkan yang lebih tragis, akhir ia menyadari bahwa ada kelebihan antara orang berhikmat & orang bodoh. Orang bodoh & orang berhikmat juga akan mengalami kematian. orang-orang yang kemudian juga akan melupakan orang bodoh & orang berhikmat. Kenyataan hidup ini menyadarkan pengkhotbah bahwa manusia tidak dapat menemukan kebahagian, kenikmatan, & kepuasan yang sejati di dalam hikmat & kepandaiannya sendiri.
Bapak/ibu dan saudara-saudara, bagaimana dengan kita? sejak abad pertengahan sampai sekarang, manusia selalu mengagung-agungkan akal budi atau rasio manusia. Seringkali kita berpikir bahwa segala sesuatu dapat dijawab dan diselesaikan oleh rasio kita. kita mengagung-agungkan kepintaraan & hikmat kita untuk menjawab segala ketidak pastian di dalam hidup ini. Bahkan pada masa sekarang ini, anak-anak dari kecil, mereka tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk bermain, karena orangtua mereka mengatur jam ini les ini, jam itu les itu. saya pikir latar belakang dari semua itu adalah supaya anak mereka kelak akan mempunyai kemampuan akal yang baik. Atau kalau saya diijinkan untuk memperpanjang aplikasi ini: apa pelayanan kita sekarang ini dibangun atas rasio dan kepintaran kita? kita menggandalkan kepintaran atau hikmat manusia di dalam pelayanan kita. Namun, pada pagi ini pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hikmat, kepintaran & rasio manusia itu terbatas adanya dan kita tidak akan pernah dapat menemukan kenikmatan , kepuasan, & kebahagiaan yang sejati di dalamnya.
2. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kesenangan dan kemewahan hidup (2: 1-11).
Pada Bagian ini, pengkhotbah menguraikan kesenangan & kemewahan yang dia miliki (4-10). Pengkhotbah pasti berpikir bahwa dia pasti akan menemukan kebahagian & kepuasan di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dia miliki. Namun di akhir hidupnya, pengkhotbah menemukan bahwa di dalam kesenangan & kemewahan hidup yang dimilikinya, dia tidak menemukan kebahagian, kepuasan, & kesenangan yang sejati.
Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang kaya, karena mereka berpikir bahwa di dalam kekayaan itu, mereka akan menemukan kebahagian di dalam hidup ini. bahkan untuk menjadi orang yang kaya, mereka rela mengorban apapun yang mereka miliki.
3. Manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan hidup di dalam kerja kerasnya (2: 17-23).
Setelah menguji hikmat & kesenangan serta kemewahan hidup, ternyata manusia tidak dapat menemukan kebahagian & kepuasan. Sekarang pengkhotbah mengalihkan fokus kepada sesuatu yang memang dipunyai oleh manusia, yaitu kerja keras. Dari kecil, dia diberi tahu oleh guru-guru hikmatnya bahwa untuk menjadi orang berhikmat, dia harus mau menderita dan kerja keras. Dia berpikir bahwa dengan kerja keras, dia dapat mempunyai kebahagian yang sejati. Namun, ketika dia sudah tua dan hampir mati, dia harus menyerahkan semua hasil kerja keras kepada orang lain, yang mungkin tidak andil di dalam hasil kerja kerasnya.
Pada masa sekarang yang serba sulit & tidak menentu, banyak orang memperhamba dirinya kepada pekerjaannya. Mereka memenuhi hari-harinya dengan kerja keras. Bahkan banyak orang ketika memasuki masa pensiun mereka bingung & banyak di antara mereka tidak mau pensiun, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang yang tidak berguna lagi.
Kalau begitu, di dalam apa manusia akan memperoleh kepuasan yang sejati?
4. manusia akan menemukan kebahagian, kesukacitaan, kepuasan yang sejati hanya di dalam Tuhan itu sendiri.
Setelah membahas bahwa di dalam hikmat, kesenangan hidup & kerja keras, manusia tidak pernah dapat memperoleh kenikmatan yang sejati. Akhirnya, si pengkhotbah sadar bahwa kenikmatan & kepuasan hidup yang sejati, hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan itu sendiri.
Pengkhotbah menyadarikan kita bahwa bahwa hikmat itu penting, namun tanpa menyertakan Tuhan di dalamnya, manusia tidak akan pernah memperoleh kepuasan hidup. Pengkhotbah menginsafkan kita bahwa kesenangan & kemewahan dapat itu wajar, namun tanpa ada Tuhan didalamnya, hal itu menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak ada artinya. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa kerja keras itu perlu dan baik bagi manusia, namun tanpa menyadari bahwa Tuhan juga ada di sana, maka hal itu seperti usaha menjaring angin. Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa membaca buku itu baik, mengerjakan paper itu bagus, menulis laporan baca itu perlu, dan persiapan mengajar itu baik, namun tanpa ada Tuhan di dalamnya, semuanya itu akan menjadi hal yang biasa-biasa saja & membosankan.
Oleh karena itu, bapak-ibu & saudara-saudara yang dikasihi di dalam Tuhan, Sertakanlah Tuhan didalam setiap aspek kehidupan manusia, maka hidup itu akan menjadi penuh arti & tidak membosankan. Sertakan Tuhan didalam setiap kemonotonan hidup ini, maka kita juga akan mendapat kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar